Pesawat jet tempur F-35 buatan Amerika Serikat. (AP)
Willy Haryono • 13 January 2024 16:58
Washington: Serangan lanjutan Amerika Serikat (AS) terhadap Houthi terjadi hari Jumat kemarin, dan ditujukan secara khusus terhadap radar milik kelompok pemberontak tersebut. Satu hari sebelumnya, AS bersama Inggris telah menggempur Houthi dengan serangan udara besar-besaran di Yaman.
Melansir dari New York Post, Sabtu, 13 Januari 2024, serangan udara terbaru AS ini menargetkan situs radar yang digunakan Houthi untuk memantau lalu lintas maritim di Laut Merah. Bila dibandingkan sebelumnya, cakupan serangan terhadap Houthi ini lebih kecil.
Serangan dilakukan secara sepihak oleh pasukan AS, kata seorang pejabat Washington kepada kepada kantor berita CNN, setelah pemberontak tersebut meluncurkan setidaknya satu rudal balistik anti-kapal pada hari Jumat sebagai tanggapan atas serangan awal yang dipimpin AS dan Inggris.
"Jadi kami melihat satu rudal balistik anti-kapal yang ditembakkan hari ini," kata Letjen Angkatan Darat Douglas A. Sims II kepada awak media.
"Rudal tersebut tidak mengenai kapal apa pun, dan kami masih berupaya mengatasinya," sambungnya.
"Dugaan saya adalah, Houthi sedang mencoba mencari tahu di lapangan dan mencoba menentukan kemampuan apa yang masih ada pada mereka," tambah Douglas, seraya menambahkan dirinya yakin Houthi akan melakukan semacam pembalasan lanjutan.
Lebih dari 60 sasaran di 28 lokasi di Yaman telah diserang AS dan Inggris pada Kamis malam, setelah Presiden Joe Biden mengizinkan tindakan militer terhadap Houthi sebagai tanggapan atas serangan rudal dan drone yang berulang kali terhadap kapal-kapal asing di Laut Merah.
"Serangan-serangan ini telah membahayakan personel AS, pelaut sipil, dan mitra kami, membahayakan perdagangan, dan mengancam kebebasan navigasi," kata Biden, dalam sebuah pernyataan yang dirilis setelah serangan pertama.
Baca juga: Sekjen PBB Serukan Penurunan Ketegangan usai AS-Inggris Serang Houthi