IHSG Menguat ke 7.251

IHSG. Foto: MI.

IHSG Menguat ke 7.251

Arif Wicaksono • 31 July 2024 10:21

Jakarta: Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Rabu pagi dibuka menguat.

IHSG dibuka naik 9,93 poin atau 0,14 persen ke posisi 7.251,79 pada perdagangan Rabu, 31 Juli 2024 pagi.  Sementara itu, kelompok 45 saham unggulan atau Indeks LQ45 naik 2,41 poin atau 0,27 persen ke posisi 913,17.
 

baca juga:

IHSG Ditutup Ambles 47 Poin ke Level 7.241


Financial Expert Ajaib Sekuritas Ratih Mustikoningsih memproyeksikan, IHSG hari ini diprediksi melemah terbatas dalam range 7.200-7.270.

Adapun sentimen yang memengaruhi pergerakan IHSG hari ini antara lain, dari dalam negeri, IHSG terkoreksi akibat aksi profit taking pelaku pasar di saham big caps. Penurunan saham TLKM membuat IHSG terkoreksi.

Sejalan dengan turunnya IHSG, investor asing catatkan jual bersih di seluruh pasar ekuitas senilai Rp883,77 miliar. Selain itu, nilai tukar rupiah juga kembali terdepresiasi.

Sementara itu kurs rupiah Jisdor naik ke level Rp16.320 per USD pada 30 Juli 2024. Depresiasi nilai tukar rupiah dan iklim suku bunga tinggi menjadi katalis negatif bagi emiten di sektor telekomunikasi, perbankan, infrastruktur, properti, dan teknologi.
 
Kekhawatiran tersebut masih terjadi meskipun pelaku pasar optimistis The Fed akan turunkan suku bunga mulai FOMC September 2024.

Laju Wall Street menguat

Sedangkan dari mancanegara, Wall Street ditutup bervariasi, dengan indeks NASDAQ terkoreksi paling dalam sebesar 1,3 persen  menjadi 17.141,98 poin.

Pelaku pasar merespons negatif rilis kinerja keuangan Microsoft yang di bawah ekspektasi. Sementara, penurunan saham pada sektor teknologi lainnya, seperti NVIDIA juga membebani pergerakan indeks NASDAQ.

Wall Street yang cenderung fluktuatif juga mencerminkan perilaku wait and see pelaku pasar terhadap putusan suku bunga The Fed nanti malam. Dari Asia, indeks PMI manufaktur Tiongkok  versi Badan Pusat Statistik (NBS) berada di level kontraksi sebesar 49,5 poin.

Aktivitas manufaktur berada di level kontraksi dalam empat bulan beruntun. Kontraksi tersebut terjadi akibat turunnya daya beli, lemahnya sektor properti, dan turunnya ekspor.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Arif Wicaksono)