Andrey Artizov, Kepala Badan Arsip Federal Federasi Rusia pada saat diskusi mengenai Historical Perspectives on the Bilateral Relation Between Indonesia. (Foto: Medcom.id/Nithania Septianingsih)
Jakarta: Hubungan antara Indonesia dan Rusia semakin erat. Ini berawal dari sejarah yang kuat, terutama pada dekade 1950-an, ketika Indonesia ingin menunjukkan bahwa mereka adalah negara yang merdeka di dunia.
Salah satu momen penting terjadi di Konferensi Asia-Afrika (KAA) di Bandung pada tahun 1955, di mana 29 negara Asia-Afrika berkumpul, mewakili sekitar seperempat dari populasi dunia.
Dalam hal ini diungkapkan oleh Andrey Artizov, Kepala Badan Arsip Federal Federasi Rusia pada saat diskusi mengenai Historical Perspectives on the Bilateral Relation Between Indonesia and Russia pada Selasa 24 September 2024.
Sejarah dan perkembangan hubungan
Di tengah ketegangan geopolitik, negara-negara seperti India, Burma, dan Indonesia ingin memiliki posisi sendiri tanpa pengaruh Inggris.
Pada Desember 1955, kunjungan pemimpin Uni Soviet, Nikita Khrushchev, ke India, Burma, dan Afghanistan menandai langkah penting dalam upaya mendukung negara-negara baru merdeka.
Uni Soviet berfokus pada pemberian bantuan untuk industrialisasi dan mengembangkan hubungan diplomatik dengan negara-negara Asia.
Memasuki tahun 1960-an, Soviet mulai merencanakan bantuan ekonomi dan teknologi untuk negara-negara yang baru merdeka.
Sekitar 65 persen dari anggaran Uni Soviet dialokasikan untuk pertahanan dan pengembangan ekonomi, menunjukkan komitmen mereka untuk membantu negara-negara berkembang. Salah satunya Indonesia, menerima berbagai bentuk bantuan, termasuk pembangunan waduk PLTA, stadion, dan pabrik baja serta aluminium.
“Keputusan dalam bantuan ekonomi teknologi, naik dua kali lipat pada masa itu,” ujar Andrey Artizov.
Hubungan Indonesia dengan Uni Soviet telah terjalin sejak tahun 1950-an, dan berbagai kesepakatan, termasuk dalam bidang militer, memperkuat kemitraan ini. Kunjungan pejabat tinggi Indonesia ke Soviet semakin memperkuat kolaborasi kedua negara.
Melalui hubungan ini, kedua pihak saling menghargai dan berkomitmen untuk tidak saling mencampuri urusan internal.
Pengaruh Uni Soviet terhadap Indonesia pada era ini sangat signifikan, dengan dampak yang terasa dalam pembangunan ekonomi dan teknologi. Kesepakatan-kesepakatan ini menunjukkan betapa eratnya hubungan kedua negara di tengah ketegangan global saat itu.
Dengan adanya seminar dengan tema “Indonesia-Rusia: Dari Masa Lalu ke Masa Depan, Sejarah dan Prospek” dengan Valdai Discussion Club, Arsip Nasional Indonesia, dan Federal Archival Agency akan menjadi pertemuan yang akan melakukan berbagai perubahan.
(Nithania Septianingsih)