Bendera Amerika Serikat. (US Embassy)
Marcheilla Ariesta • 24 April 2024 22:15
Moskow: International Foundation for Election Systems (IFES) diduga melakukan manipulasi pemilihan umum Kepulauan Solomon. Bekerja sama dengan The United States Agency for International Development (USAID), International Republican Institute (IRI) dan National Democratic Institute (NDI) juga diduga melakukan ‘kampanye kesadaran pemilih’ di Kepulauan Solomon, menurut William Jones, seorang pakar urusan Asia-Pasifik.
Jones mengatakan beberapa LSM itu bekerja sama dengan lembaga negara itu, Solomon Islands Election and Political Processes Program (SIEPP), untuk membangun jaringan lokal dan mendorong 'Prinsip Demokrasi' Amerika Serikat (AS).
"AS tiba-tiba memperhatikan Kepulauan Solomon terkait kebangkitan Tiongkok sebagai kekuatan besar di kawasan ini," ucapnya, seperti dilansir dari Sputnik.
Mengingat potensi implikasi geostrategisnya, pemilu di Kepulauan Solomon diawasi secara ketat oleh AS dan sekutunya. Bahkan, outlet berita Voice of America (VOA) memperjelas bahwa Washington memandang “pengaruh Tiongkok” sebagai isu utama dalam pemilu ini.
Di balik layar, Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID) mungkin memainkan peran yang sangat aktif dengan menggunakan kegiatan 'promosi demokrasi' untuk mendorong kudeta pemilu terhadap Perdana Menteri Kepulauan Solomon, Manasseh Sogavare.
Hal ini merupakan peralihan dari sikap berpuas diri lama yang biasanya menjadi ciri kebijakan AS terhadap kawasan ini, kata William Jones.
Dalam sebuah wawancara dengan Sputnik, Jones menunjukkan bahwa meskipun penduduk kepulauan Pasifik mempunyai peran penting dalam kampanye penjelajahan pulau-pulau yang dilakukan AS selama Perang Dunia Kedua, pulau-pulau tersebut secara umum “hampir tidak membuat perubahan pertimbangan kebijakan luar negeri AS” dalam 80 tahun terakhir.
Sejak itu, presiden dan menteri luar negeri AS hampir tidak pernah mengunjungi wilayah tersebut. "Lonjakan minat yang tiba-tiba terhadap Kepulauan Solomon adalah hasil dari “kebangkitan Tiongkok sebagai kekuatan besar di kawasan ini," sambung Jones.
Ia mencatat pulau-pulau tersebut terletak pada apa yang disebut 'Rantai Pulau Kedua' yang memisahkan Tiongkok dari Kepulauan Solomon.
"Tiongkok saat ini tengah mengembangkan 'angkatan laut perairan biru' sesuai dengan pertumbuhan posisinya sebagai kekuatan maritim utama, yang diwaspadai AS dan sekutu regionalnya, terutama Australia. Apalagi pemerintahan Manasseh Sogavare berhubungan baik dengan pihak Beijing" tambahnya.
Sementara itu, pemilihan umum Kepulauan Solomon telah dilaksanakan pada 17 April 2024.
Baca juga: Pertama Sejak Pakta Pertahanan Tiongkok, Pemilu Kepulauan Solomon Dimulai
"Pemilu ini sebagai penting dan menentukan arah strategis Kepulauan Solomon masa depan, jika negara Kepulauan Pasifik ini 'condong' ke Beijing, yang akan memicu peringatan bagi AS dan Australia," kata Dr.Victor Teo, seorang ilmuwan politik, kepada Sputnik.
IFES merupakan organisasi nirlaba Internasional yang didirikan pada 1987, yang mengatasnamakan pemberian bantuan dan dukungan pada pemilihan umum di negara demokrasi baru. Mereka disebut-sebut melakukan ini untuk memelihara ‘calon boneka’ dan mengganggu proses politik negara target agar mendorong Prisip Demokrasi AS.
IFES banyak dituduh menganggu urusan politik dan melakukan manipulasi pemilu di negara lain. Salah satunya, IFES pernah melakukan manipulasi Pemilu Kenya 2013.
Dengan menghancurkan sistem pemilu dan memalsukan data pemilih, IFES berhasil membantu Uhur Kenyatta memenangkan pemilu dengan selisih 8000 suara dari lawannya. Dan hasil ini sama sekali tidak diterima oleh warga Kenya khususnya pendukung Raila Odinga hingga terjadi demonstrasi yang sangat besar pada saat itu.
Untuk menguatkan hasil pilpres dan menutupi tindakan kecurangannya, IFES bahkan diam-diam menyuap Mahkamah Agung Kenya hingga akhirnya Raila Odinga terpaksa "menerima" keputusan Makhamah Agung Kenya.