Ilustrasi. FOTO: Medcom
Angga Bratadharma • 11 June 2023 11:25
Jakarta: Gaya hidup yang semakin modern didukung berbagai kemudahan dari teknologi yang semakin maju di segala aspek kehidupan telah memberikan banyak kemudahan. Sayangnya, kecanggihan untuk memudahkan aktivitas ini mengakibatkan banyak orang cenderung menjadi mager atau malas gerak.
Selain itu, jarang melakukan aktivitas fisik yang dikenal dengan fenomena gaya hidup sedentary (sedentary living). Gaya hidup sedentary menurut Kemenkes mengacu pada segala jenis aktivitas di luar waktu tidur dengan karakteristik keluaran kalori sangat sedikit.
Berdasarkan durasi waktu, gaya hidup sedentary terbagi level rendah dalam durasi <2>5 jam. Gaya hidup sedentary kerap terjadi di kalangan pekerja kantoran yang nyaris setiap harinya lebih banyak duduk dalam ruangan selama 8-10 jam per hari dengan aktivitas yang monoton hanya di depan komputer.
Kemudian sesekali meeting dalam ruangan rapat. Saat makan siang, tetap di ruangan sehingga jarang mengeluarkan banyak tenaga dan kurang berjalan kaki. Ngemil dan ngopi atau minuman kekinian sering juga jadi pelengkap saat bekerja. Kebiasaan-kebiasaan ini tentunya berisiko masuk dalam sedentary level tinggi.
Senior Manager Medical Underwriter Sequis Fridolin Seto Pandu menganjurkan agar masyarakat modern mengurangi kebiasaan gaya hidup sedentary dengan melawan rasa malas untuk bergerak dan meningkatkan motivasi diri untuk lebih banyak melakukan aktivitas fisik.
"Gunakan sisa waktu makan siang Anda untuk melakukan aktivitas ringan, seperti berjalan kaki. Lalu pada saat bekerja, hindari posisi duduk yang dapat menyebabkan sakit punggung dan leher. Dalam kondisi ideal saat duduk, usahakan postur tubuh dalam keadaan tegak," tuturnya, dikutip dari keterangan tertulisnya, Minggu, 11 Juni 2023.
"Posisi kaki juga penting diperhatikan, biasakan kaki selalu ada di lantai sehingga peredaran aliran darah lebih lancar. Lakukan peregangan tubuh sekitar 5-10 menit di sela-sela waktu kerja. Sangat baik jika setidaknya 3-4 kali seminggu berolahraga selama 30-40 menit agar tubuh tetap bugar," tambah Fridolin.
Ada risiko kesehatan yang berpotensi timbul dari gaya hidup sedentary, seperti obesitas, diabetes, penyakit jantung. Penyakit-penyakit ini berbahaya bagi tubuh. Selain menyarankan untuk melakukan aktivitas fisik, Fridolin menyarankan agar para pekerja kantoran melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala untuk mencegah penyakit sedari dini.
"Sebagai solusi lainnya dari potensi terjadinya penyakit kritis akibat gaya hidup sedentary agar tidak mengganggu kondisi finansial, Sequis senantiasa mendorong masyarakat memiliki asuransi kesehatan dan asuransi penyakit kritis sebagai jaring pengaman finansial," tuturnya.
"Agar saat terkena risiko sakit, kondisi keuangan tetap terjaga karena perusahaan asuransi yang akan menanggung biaya pengobatan sesuai manfaat polis yang dimiliki oleh nasabah," pungkasnya.