Menteri Agama Nasaruddin Umar bertolak ke Vatikan, Roma, untuk menghadiri Pertemuan Internasional untuk Perdamaian. Foto: Dok. Kemenag.
Fachri Audhia Hafiez • 26 October 2025 15:21
Jakarta: Menteri Agama Nasaruddin Umar bertolak ke Vatikan, Roma, untuk menghadiri Pertemuan Internasional untuk Perdamaian. Pertemuan ini diselenggarakan oleh Komunitas Sant' Egidio di Koloseum.
“Kunjungan saya ke Roma dan Vatikan adalah untuk berbicara tentang 'Mengenang Paus Fransiskus' pada Pertemuan Internasional untuk Perdamaian yang diselenggarakan oleh Komunitas Sant' Egidio di Koloseum,” kata Nasaruddin di Vatikan dikutip melalui keterangan tertulis, Minggu, 26 Oktober 2025.
Nasaruddin bertolak dari Jakarta pada 25 Oktober 2025. Tiba di Roma, Nasaruddin menghadiri undangan KBRI di Vatikan. Menag bertemu ratusan diaspora Indonesia yang ada di Vatikan dan Italia.
Hadir dalam pertemuan ini, Duta Besar Republik Indonesia untuk Takhta Suci, Michael Trias Kuncahyono yang juga selaku tuan rumah. Tampak hadir, Duta Besar Jepang untuk Takhta Suci CHIBA Akira, Duta Besar Lituania untuk Takhta Suci Sigita Maslauskaite Mazyliene, Duta Besar Liga Negara-negara Arab dan Misi ke Roma Enas Mekkawy, Kuasa Usaha Kedutaan Besar Haiti untuk Takhta Suci Marie Guerlyne Janvier, Kuasa Usaha Kedutaan Besar Peru untuk Takhta Suci Manuel Carrasco, serta para Imam dan Biarawati Indonesia.
Dalam pertemuan ini, kehadiran Nasaruddin disambut dengan tarian adat yang dibawakan Komunitas Kebaya Menari dari Indonesia dengan mengenakan baju kebaya.
“Semangat kemanusiaan dan keberagaman agama serta budaya ini telah menjadi warisan Indonesia sebagaimana tercermin dalam semboyan Bhinneka Tunggal Ika,” ujar Nasaruddin.
Menteri Agama Nasaruddin Umar. Foto: Dok. Kemenag.
Pada September 2024, Masjid Istiqlal mendapat kehormatan dikunjungi mendiang Paus Fransiskus. Nasaruddin yang juga Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta menyambut Paus kala itu.
“Selama kunjungan Yang Mulia, saya memiliki pertemuan yang sangat berkesan dengan beliau saat kami menandatangani Deklarasi Istiqlal—yang bertujuan untuk mengadvokasi kemanusiaan, dialog, dan perlindungan lingkungan. Semangat kemanusiaan itu, dan bahwa kemanusiaan hanya memiliki satu warna, tetap hidup setelah wafatnya Paus Fransiskus,” sebut Nasaruddin.