Deretan bendera Korea Utara. Foto: Anadolu
Fajar Nugraha • 4 July 2025 14:34
Seoul: Seorang warga Korea Utara ditahan setelah melintasi perbatasan darat yang dijaga ketat dan memasuki wilayah Korea Selatan. Hal itu dikonformasi oleh militer Seoul pada Jumat, 4 Juli 2025.
Menurut Kepala Staf Gabungan Korea Selatan (JCS), individu tersebut menyeberangi Garis Demarkasi Militer (MDL) di bagian tengah barat Zona Demiliterisasi (DMZ) pada Kamis, 3 Juli 2025 pagi.
"Militer mengidentifikasi individu itu di dekat MDL, melakukan pelacakan dan pengawasan, lalu berhasil menjalankan operasi pemanduan standar untuk mengamankan orang tersebut," kata JCS dalam pernyataan tertulis, seperti dikutip Channel News Asia, Jumat, 4 Juli 2025.
Operasi tersebut memakan waktu sekitar 20 jam. Warga Korea Utara itu terdeteksi antara pukul 03.00 hingga 04.00 waktu setempat melalui perangkat pengawasan militer.
Upaya membawa individu itu keluar dari DMZ melibatkan banyak pasukan Korea Selatan dan berlangsung di area dengan vegetasi lebat dan risiko ranjau tinggi. Menurut JCS, pria itu tetap diam di siang hari dan baru didekati tentara pada malam hari.
Ia tidak melakukan perlawanan dan mengikuti tentara setelah ditawari bantuan keluar dari zona perbatasan.
"Instansi terkait akan menyelidiki lebih lanjut situasi dan latar belakang kejadian ini," tambah JCS.
Warga Korea Utara yang berhasil menyeberang ke Selatan umumnya diserahkan ke Badan Intelijen Nasional Korea Selatan untuk proses penyaringan.
Insiden ini terjadi setelah sebuah kapal kayu yang membawa empat warga Korea Utara ditemukan di perairan selatan perbatasan laut pada Mei lalu. Tahun lalu, seorang warga Korea Utara juga menyeberang ke Pulau Gyodong di Laut Kuning dalam pelarian langka melintasi perbatasan laut.
Puluhan ribu warga Korea Utara telah membelot ke Selatan sejak perang Korea pada 1950-an. Namun, sebagian besar melarikan diri melalui darat ke Tiongkok sebelum transit ke negara ketiga seperti Thailand.
Penyeberangan langsung melintasi perbatasan darat Korea sangat jarang terjadi, terlebih sejak Korea Utara memperketat penjagaan pada 2020 dengan kebijakan tembak di tempat guna mencegah penyebaran Covid-19.
Presiden Korea Selatan Lee Jae Myung, yang baru menjabat bulan lalu, berjanji akan menerapkan pendekatan yang lebih lunak terhadap Pyongyang dibanding pendahulunya yang lebih keras, Yoon Suk Yeol.
"Politik dan diplomasi harus dilakukan dengan logika dan nalar, bukan emosi. Memutus dialog sepenuhnya adalah hal yang sangat bodoh,” pungkas Lee.
(Muhammad Reyhansyah)