Ilustrasi. Foto: Dok istimewa
Insi Nantika Jelita • 30 June 2025 08:23
Jakarta: Chief Investment Officer (CIO) Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara) Pandu Sjahrir mengungkapkan pihaknya membuka peluang untuk terlibat dalam proyek besar pengembangan ekosistem baterai kendaraan listrik (EV) integrasi yang baru saja diresmikan oleh Presiden Prabowo Subianto di Karawang, Jawa Barat.
Proyek ini merupakan bagian dari strategi hilirisasi industri nasional yang mengintegrasikan seluruh rantai pasok baterai EV dari hulu ke hilir. Inisiatif ini dijalankan oleh konsorsium PT Aneka Tambang Tbk (Antam), Indonesia Battery Corporation (IBC), serta mitra asal Tiongkok yakni CATL, Brunp, dan Lygend (CBL), dalam enam subproyek terintegrasi.
Pandu menegaskan meskipun saat ini Danantara belum menanamkan investasi langsung dalam proyek ekosistem baterai kendaraan listrik tersebut, pihaknya tengah melakukan evaluasi secara menyeluruh untuk kemungkinan keterlibatan di masa mendatang.
"Kami pasti mengevaluasi proyek-proyek seperti ini karena memiliki banyak nilai tambah," ujar Pandu dikutip Senin, 30 Juni 2025.
Dia menekankan potensi nilai tambah dari proyek ini sangat besar, mulai dari penciptaan lapangan kerja hingga peluang komersial yang menjanjikan.
"Nanti akan kami umumkan kalau sudah ada keputusan," tambahnya.
(Ilustrasi. Foto: Dok istimewa)
Dukung program hilirisasi
Dalam kesempatan sama, Chief Operating Officer (COO) Danantara Dony Oskaria menambahkan Antam dan IBC merupakan bagian dari Danantara. Oleh karena itu, sejak awal pihaknya telah aktif dalam pembentukan ekosistem ini sebagai bagian dari dukungan terhadap program hilirisasi yang dicanangkan pemerintah.
"Kami sangat serius dalam mendukung program ini. Kami melihat ini sebagai langkah strategis menuju kemandirian industri baterai,” jelasnya
Mengenai struktur pendanaan, Dony menjelaskan besarnya kontribusi Danantara akan disesuaikan dengan kebutuhan modal dalam joint venture yang dijalankan melalui IBC. Modal tersebut akan disalurkan melalui induk perusahaan, Mind ID Group.
Tantangan SDM
Dihubungi terpisah, Ketua Bidang Ketenagakerjaan Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Bob Azam mengingatkan pentingnya peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) untuk mendukung pengembangan industri ini.
"Kita memang memiliki keunggulan komparatif lewat kekayaan sumber daya seperti nikel. Namun itu belum cukup. Kita harus memperkuat SDM dan mengurangi ketergantungan teknologi dari luar negeri,” kata Bob.
Dia juga menyoroti tantangan pasar, di mana preferensi konsumen terhadap kendaraan listrik masih sangat bergantung pada subsidi pemerintah. Untuk itu, baterai harus dibuat lebih terjangkau agar pasar bisa tumbuh secara alami tanpa intervensi besar.
Dari sisi lain, Direktur Eksekutif Pusat Studi Hukum Energi dan Pertambangan (Pushep) Bisman Bhaktiar menilai, proyek ini memiliki prospektif baik, meski sebelumnya sempat terdampak sentimen negatif akibat mundurnya mitra strategis LG.
"Dengan masuknya mitra baru seperti CBL, proyek ini perlu segera direalisasikan secara agresif. Kalau berhasil, ini bisa mendorong kemandirian industri baterai Indonesia,” ujar Bisman.
Namun, dia mengingatkan tantangan tetap besar, mulai dari keberlanjutan komitmen mitra asing, kepastian hukum dan regulasi, kesiapan infrastruktur, hingga pengelolaan dampak lingkungan.