Seorang anak dengan latar belakang foto Abdullah Ocalan. Foto: EFE
Ankara: Pemimpin Partai Pekerja Kurdistan (PKK) yang dipenjara, Abdullah Ocalan mengeluarkan pernyataan mengejutkan dengan menyerukan kepada kelompoknya untuk meletakkan senjata dan membubarkan diri. Dalam surat yang dibacakan oleh anggota parlemen dari partai pro-Kurdi, Ocalan menegaskan bahwa tidak ada alternatif selain demokrasi dalam menyelesaikan konflik yang telah berlangsung selama lebih dari empat dekade di tenggara Turki.
Dalam sebuah langkah yang berpotensi mengubah dinamika konflik berkepanjangan di Turki, Abdullah Ocalan, pemimpin Partai Pekerja Kurdistan (PKK) yang dipenjara, meminta kelompoknya untuk menghentikan perjuangan bersenjata. Surat pernyataan Ocalan dibacakan dalam dua bahasa, Kurdi dan Turki oleh anggota Partai Dem (Demokrat), Ahmet Turk dan Pervin Buldan, di sebuah hotel di Istanbul setelah kunjungan ketiga mereka ke penjara Ocalan di Pulau Imrali dalam beberapa bulan terakhir.
"Tidak ada alternatif selain demokrasi dalam mewujudkan sistem politik," tulis Ocalan dalam suratnya, seperti dikutip Anadolu, Jumat, 28 Februari 2025.
"Konsensus demokratis adalah jalan fundamental,” tegas Ocalan.
Pertemuan di Pulau Imrali dan Peran Bahceli
Melansir dari
BBC, Jumat 28 Februari 2025, Ocalan, yang saat ini berusia 75 tahun, bertemu dengan para anggota parlemen tersebut selama beberapa jam di Pulau Imrali, lokasi tempat ia menjalani hukuman dalam isolasi sejak 1999. Seruan Ocalan untuk pembubaran PKK muncul setelah Devlet Bahceli, pemimpin ultra-nasionalis dan sekutu pemerintah Turki, memprakarsai inisiatif untuk mengakhiri konflik berkepanjangan ini.
Bahceli, yang selama bertahun-tahun dikenal sebagai pendukung tindakan militer terhadap PKK, mengejutkan banyak pihak pada Oktober lalu ketika ia berjabat tangan dengan anggota Partai Dem di parlemen. Ia kemudian menyarankan bahwa Ocalan bisa mendapatkan pembebasan bersyarat jika ia menyerukan penghentian kekerasan dan pembubaran PKK.
Dalam suratnya, Ocalan menyebut bahwa PKK awalnya terbentuk karena saluran politik demokratis tertutup bagi masyarakat Kurdi. Namun, ia menilai bahwa dengan adanya sinyal positif dari Bahceli, Presiden Recep Tayyip Erdogan, dan beberapa partai lainnya, kondisi saat ini sudah memungkinkan bagi PKK untuk meninggalkan perjuangan bersenjata.
Reaksi politik dan publik
Seruan Ocalan ini memunculkan harapan akan berakhirnya konflik yang telah menewaskan sekitar 40.000 orang sejak dimulainya pemberontakan PKK pada 1984. Efkan Ala, seorang anggota senior dari Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) yang berkuasa, merespons dengan hati-hati: "Kami akan melihat hasil akhirnya."
Sementara itu, Partai Rakyat Republik (CHP), oposisi terbesar di Turki, segera mengadakan pertemuan darurat pada Kamis malam untuk membahas pernyataan Ocalan.
Di sisi lain, ribuan warga Kurdi berkumpul di kota Diyarbakir dan Van, yang mayoritas berpenduduk Kurdi, untuk menyaksikan pembacaan surat Ocalan melalui layar raksasa. Beberapa pemimpin Kurdi menyambut baik seruan ini, menyebutnya sebagai titik balik bersejarah dalam perjuangan mereka.
Namun, tidak semua pihak yakin bahwa situasi akan berubah secara signifikan. Duran Kalkan, salah satu komandan senior PKK, memperingatkan bahwa pemerintah Turki tidak benar-benar mencari solusi, melainkan hanya ingin "menguasai, menghancurkan, dan melenyapkan." Dalam wawancara dengan media pro-PKK, Kalkan menuduh Erdogan sebagai "baron perang" yang terus memprovokasi konflik dengan melancarkan operasi militer terhadap kelompok Kurdi di Irak dan Suriah.
Hambatan dan tantangan di masa depan
Meskipun ada harapan atas pernyataan Ocalan, kondisi di lapangan masih menunjukkan ketegangan yang tinggi. Pasukan Turki yang didukung pemerintah telah meningkatkan serangan terhadap kelompok Kurdi di timur laut Suriah. Selain itu, para politisi pro-Kurdi juga menghadapi tekanan besar dari pemerintah Turki.
Sejumlah pemimpin Partai Demokrat Rakyat (HDP), pendahulu Partai Dem, telah dijatuhi hukuman penjara berat. Selahattin Demirtas dan Figen Yuksekdag, dua mantan pemimpin HDP, masing-masing dijatuhi hukuman 42 dan 30 tahun penjara atas perannya dalam kerusuhan mematikan pada 2014. HDP kemudian direformasi menjadi Partai Dem setelah menghadapi gelombang penindasan hukum dari pemerintah.
Sementara itu, kelompok oposisi nasionalis, Partai Baik (Iyi Party), menunjukkan sikap skeptis terhadap seruan Ocalan. Selama pembacaan surat tersebut, partai ini menggantungkan spanduk hitam besar di kantor pusatnya dengan tulisan: "Kami tidak akan lupa, kami tidak akan membiarkan mereka dilupakan," sebagai bentuk penghormatan terhadap para korban serangan PKK.
Dengan berbagai hambatan politik dan militer yang masih berlangsung, masih menjadi tanda tanya apakah seruan Ocalan ini akan benar-benar mengakhiri konflik panjang antara Turki dan kelompok bersenjata Kurdi.
(Muhammad Reyhansyah)