Longsor di Cilacap. (Media Indonesia)
Media Indonesia • 14 November 2025 17:49
Cilacap: Bencana longsor menerjang Desa Cibeunying, Kecamatan Majenang, Cilacap, Jawa Tengah pada Kamis malam, 13 November 2025. Sebanyak tiga orang tewas, dan 20 orang lainnya masih tertimbun sedalam tiga sampai lima meter.
Longsor terjadi di perbukitan setinggi 60 meter. Longsor menerjang dua Dusun Tarukahan dan Dusun Cibuyut. Dua korban tewas ditemukan pada Kamis malam adalah Julia dan Maya, sedangkan satu korban meninggal lainnya adalah Yuni ditemukan pada Jumat, 14 November 2025.
"Memang, ada kendala dalam melakukan evakuasi, karena soal akses alat berat, tanah yang labil serta ketebalan longsoran tanah. Pada jam 15.30 WIB, evakuasi hari kedua dihentikan karena hujan,” kata Kepala Kantor SAR Cilacap M Abdullah di Posko Induk Basarnas di Desa Cibeunying, Kecamatan Majenang, Cilacap, Jawa Tengah, Jumat, 14 November 2025.
Longsor di Cilacap. (Media Indonesia)
Sementara itu, Kepala BPBD Cilacap Taryo mengatakan masih ada 20 warga yang dilaporkan tertimbun longsoran. Pihaknya mengerahkan alat berat untuk mempercepat evakuasi.
"Hari ini ada tiga alat berat yang bekerja,” ungkap dia.
Sedangkan Kepala Bidang Kedaruratan dan Logsitik BPBD Cilacap Budi Setyawan mengatakan, longsor dipicu hujan dengan intensitas tinggi sejak Kamis sore. Selain itu, kondisi kontur tanah pun labil.
"Material tanah tebing kemudian ambruk dan menimbun permukiman warga sekitar pukul 20.00 WIB," tambahnya.
Kronologis Bencana Longsor di Cilacap
Salah satu korban selamat, Daryana mengaku sangat syok karena kehilangan istri dan anak. Putri dari Daryana, bernama Maya ditemukan pada Kamis malam, kemudian pada Jumat siang istri Daryana bernama Yuni ditemukan.
“Saya kehilangan anak dan istri. Peristiwanya begitu cepat,” ungkapnya saat ditemui di RSUD Majenang.
Dia menerangkan, bahwa setiap Kamis malam ada agenda tahlilan bersama warga dusun. Pada saat pulang dari tahlilan, sekitar pukul 20.00 WIB, terdengar suara gemuruh.
“Saya berlari ke rumah dan meminta kepada istri dan anak saya untuk keluar rumah,” jelas dia.
Saat berteriak-teriak ke arah rumahnya, kata dia, ada lumpur yang longsor dan membawa dirinya. Lumpur merendam setengah badannya, dari perut sampai kaki.
“Saya terseret sampai 15 meter. Saya tidak bisa bergerak, hanya mengikuti lumpur yang terus bergerak. Saya tidak sempat menyelamatkan anak istri karena tidak mungkin,” ungkap dia.
Longsor di Cilacap. (Media Indonesia)
Sementara Imam Faedi, warga yang rumahnya tertimbun longsor berhasil menyelamatkan diri. Ia menceritakan detik-detik peristiwa memilukan tersebut.
Sekitar pukul 20.00 WIB, Imam sedang duduk bersama tiga rekannya di depan rumah sambil menikmati kopi. “Waktu itu hujan hanya gerimis. Tiba-tiba ada suara gemuruh seperti pesawat. Saya berdiri, lihat ke depan seperti gumpalan asap. Lalu terlihat kayu seperti beterbangan, dan di belakangnya tanah,” ujar Imam.
Imam menegaskan bahwa apa yang ia lihat benar-benar terjadi di depan matanya. “Yang terakhir itu kayak ular lagi berenang di kali, goyang, set, jess. Tanah sudah labil dan berhenti di sini. Tiga teman saya langsung lari membantu menyelamatkan korban,” jelas dia.
Imam yang teringat dua anaknya berada di dalam rumah segera berlari pulang. Saat tiba, rumahnya sudah terdorong material tanah, kayu, dan batu. Ia lega, meski anak bungsunya, Gatra Wisesa Hari Setiawan ditemukan dalam keadaan syok. Sementara sang kakak, Fenova Hari Setiawan, 19 tahun, berhasil menyelamatkan diri.
Menurut Imam, kondisi gelap dan tanah yang masih labil membuat proses pertolongan berlangsung sulit. Warga berlarian menyelamatkan diri masing-masing. Begitu tanah mulai berhenti bergerak, barulah teriakan minta tolong terdengar dari berbagai arah.
“Tanah yang di atas itu sudah turun kurang lebih 2 meter. Jarak kiriman tanah itu dari sana sekitar 2 kilometer. Tadinya diprediksi longsor turun ke arah lain, ke daerah Cikuyut. Warga di sana bahkan sudah diminta ngungsi,” jelas dia. (LD)