Dewan Keamanan PBB dalam sebuah pertemuan. Foto: EFE-EPA
Fajar Nugraha • 14 November 2025 21:10
New York: Rusia mengajukan rancangan resolusi baru mengenai situasi Gaza kepada Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sebagai tandingan terhadap draf milik Amerika Serikat yang mendukung rencana perdamaian Presiden Donald Trump.
Draf Rusia tersebut diajukan setelah AS mengedarkan naskahnya pekan lalu kepada 15 anggota Dewan, yang berisi rencana pembentukan badan pemerintahan transisi dan pasukan stabilisasi internasional dengan mandat dua tahun.
Dalam catatan yang disampaikan kepada anggota Dewan, misi Rusia di PBB menyatakan bahwa draf mereka terinspirasi dari dokumen AS, tetapi bertujuan menciptakan pendekatan seimbang dan dapat diterima untuk mencapai penghentian permanen pertempuran.
Berbeda dari usulan AS, draf Rusia meminta Sekretaris Jenderal PBB mengajukan opsi pembentukan pasukan stabilisasi untuk Gaza, tanpa menyebut lembaga transisi bernama Board of Peace yang diusulkan Washington.
Draf terbaru dari Amerika Serikat yang dilihat Agence France-Presse (AFP) menyebut dukungan pembentukan Board of Peace, yaitu badan pemerintahan sementara untuk Gaza yang rencananya dipimpin Trump sampai akhir 2027.
Draf tersebut juga membuka jalan bagi negara anggota untuk membentuk International Stabilisation Force (ISF) yang akan bekerja dengan Israel, Mesir, dan polisi Palestina untuk menjaga perbatasan serta melucuti kelompok bersenjata. Untuk pertama kalinya, dokumen itu juga menyebut kemungkinan pembentukan negara Palestina setelah proses reformasi dan pemulihan Gaza berjalan.
Misi AS mendesak Dewan Keamanan agar melanjutkan pembahasan resolusi tersebut. Seorang juru bicara misi AS memperingatkan bahwa upaya menghambat proses negosiasi dapat berdampak serius bagi warga Gaza.
“Kesepakatan gencatan senjata ini rapuh dan kami mendesak Dewan untuk bersatu demi mencapai perdamaian yang sangat dibutuhkan,” ujarnya, dikutip dari media TRT World, Jumat, 14 November 2025.
Washington menyebut momen ini sebagai kesempatan bersejarah untuk membuka jalan menuju stabilitas di Timur Tengah.
Israel dan Hamas sebelumnya telah menyepakati fase pertama dari rencana 20 poin Trump, termasuk penghentian dua tahun operasi militer dan pertukaran tawanan. Rencana lengkap tersebut tercantum dalam lampiran draf AS.
Trump menegaskan bahwa AS tidak akan mengirimkan tentaranya ke Gaza, namun pejabat Washington menyebut pasukan stabilisasi dapat berjumlah sekitar 20.000 personel, dengan negara-negara seperti Indonesia, Pakistan, Uni Emirat Arab, Mesir, Qatar, Turki, dan Azerbaijan sebagai calon kontributor.
(Keysa Qanita)