Ilustrasi. Foto: Dok MI
Jakarta: Istilah saham gorengan menggambarkan aktivitas spekulatif yang menciptakan kenaikan harga saham secara artifisial. Mirip seperti makanan gorengan yang terasa lezat namun tidak baik untuk kesehatan jika dikonsumsi berlebihan, saham gorengan menawarkan keuntungan cepat namun berisiko tinggi bagi investor.
Melansir laman Ajaib, berikut beberapa ciri khas saham gorengan yang perlu diwaspadai oleh investor, terutama pemula:
1. Unusual Market Activity (UMA)
Saham gorengan seringkali masuk dalam daftar UMA oleh Bursa Efek Indonesia (BEI), karena pergerakan harga yang tidak wajar dan ekstrem. Kenaikan harga yang signifikan dalam waktu singkat (misalnya, mendekati auto reject atas atau ARA) merupakan indikator kuat.
2. Volume dan nilai transaksi tidak wajar
Saham gorengan umumnya berasal dari emiten berkapitalisasi pasar kecil (
small-cap stocks) atau saham lapis tiga, yang seringkali memiliki fundamental perusahaan yang lemah. Lonjakan volume dan nilai transaksi harian yang tidak proporsional dibandingkan dengan saham-saham
blue chip merupakan pertanda bahaya.
3. Harga saham yang murah
Saham gorengan seringkali memiliki harga yang rendah (misalnya, di bawah Rp 100), yang menarik minat investor pemula. Namun, harga murah ini seringkali menutupi risiko investasi yang tinggi.
(Ilustrasi. Foto: Dok Metrotvnews.com)
Berikut beberapa strategi yang bisa dilakukan investor untuk menghindari saham gorengan
• Disiplin terhadap rencana trading
Memiliki rencana
trading yang matang dan disiplin dalam menjalankannya adalah kunci. Pastikan untuk merealisasikan keuntungan sesuai rencana dan tidak tergoda oleh fluktuasi harga yang cepat.
• Berani cut loss
Kehilangan sebagian modal adalah lebih baik daripada kehilangan semuanya. Kemampuan untuk melakukan
cut loss, atau menjual saham ketika harga bergerak melawan prediksi, sangat penting untuk membatasi kerugian.
• Alokasi Portofolio
Jangan menginvestasikan terlalu banyak dana pada saham-saham berisiko tinggi. Sebaiknya, batasi alokasi portofolio untuk saham gorengan hanya sebagian kecil (misalnya, 10 persen), mengingat profil risiko dan tujuan investasi masing-masing individu berbeda.
Bursa Efek Indonesia (BEI) sendiri telah aktif dalam mengawasi saham-saham yang dicurigai sebagai saham gorengan. Meskipun kontribusinya terhadap rata-rata nilai transaksi harian relatif kecil, saham-saham ini memiliki volume transaksi yang tinggi, menandakan aktivitas spekulatif yang signifikan.
Dengan memahami ciri-ciri dan strategi pengelolaan risiko yang tepat, investor dapat melindungi portofolio investasi mereka dari praktik-praktik spekulatif yang merugikan. Penting bagi investor untuk selalu melakukan riset dan analisis yang menyeluruh sebelum berinvestasi, serta memahami risiko yang terkait dengan setiap jenis investasi. (
Laura Oktaviani Sibarani)