Ilustrasi. Foto: Dokumen Kementerian Keuangan
Amaluddin • 10 April 2025 15:29
Surabaya: Perekonomian Jawa Timur pada awal tahun 2025 menghadapi tantangan cukup berat. Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim melaporkan, kinerja ekspor dan impor Jatim pada Januari 2025 mengalami penurunan cukup signifikan dibandingkan bulan sebelumnya.
Nilai ekspor Jatim tercatat sebesar USD1,96 miliar atau turun 7,01 persen dari Desember 2024. Penurunan yang lebih tajam terjadi pada impor, yakni sebesar 18,04 persen menjadi USD2,27 miliar. Akibatnya, neraca perdagangan Jawa Timur mengalami defisit hingga USD317,20 juta.
"Defisit ini menjadi sinyal awal bahwa aktivitas perdagangan luar negeri kita perlu diwaspadai ke depan," kata Kepala BPS Jatim, Zulkipli, dalam konferensi pers, Kamis, 10 April 2025.
Sementara itu, inflasi tahunan (year on year) di Jatim pada Maret 2025 tercatat sebesar 0,77 persen. Angka tersebut masih tergolong rendah dan terkendali. Indeks Harga Konsumen (IHK) secara umum mencapai 107,43.
Banyuwangi alami inflasi tertinggi
Banyuwangi menjadi daerah dengan inflasi tertinggi sebesar 1,89 persen, disusul oleh Bojonegoro dengan inflasi terendah hanya 0,13 persen. Uniknya, Kota Kediri justru mencatatkan deflasi sebesar 0,04 persen.
Menurutnya, kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya menjadi penyumbang terbesar inflasi dengan kenaikan harga mencapai 8,94 persen. Selain itu, kelompok makanan dan minuman, pakaian, kesehatan, rekreasi, pendidikan, serta restoran juga turut mendorong laju inflasi.
Namun, ada dua kelompok pengeluaran yang justru mengalami penurunan indeks, yakni perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga (-7,49 persen), serta informasi, komunikasi, dan jasa keuangan (-0,16 persen).