Tarif Impor Trump Bikin Ekonomi Eropa Terpukul

Ilustrasi. Foto: Xinhua/Zhang Fan.

Tarif Impor Trump Bikin Ekonomi Eropa Terpukul

Husen Miftahudin • 24 February 2025 09:25

Brussels: Dalam laporan terbaru, European Central Bank (ECB) atau Bank Sentral Eropa menyoroti tarif perdagangan sebagai salah satu tantangan utama ekonomi Eropa.
 
Penilaian ini muncul beberapa hari setelah Pemerintah Amerika Serikat (AS) memutuskan untuk mengenakan tarif sebesar 25 persen pada impor baja dan aluminium, beserta pungutan tambahan pada mobil, semikonduktor, dan farmasi.
 
Meskipun skala penuh tarif baru AS yang menargetkan impor Eropa masih belum jelas, kekhawatiran meningkat tarif ini akan berdampak signifikan terhadap ekonomi di negara-negara regional tersebut.
 
Industri baja di Uni Eropa, yang sudah berjuang dengan biaya energi yang tinggi dan permintaan yang melemah, telah menjadi kacau setelah pengumuman tarif impor Presiden AS Donald Trump tersebut.
 
Lebih menyakitkan lagi, tarif baja baru, menurut Presiden Asosiasi Baja Eropa Henrik Adam, pasti akan mendorong kapasitas baja Uni Eropa (UE) ke kondisi tidak beroperasi lagi hingga akhirnya tutup.
 
Dalam pernyataan yang dirilis oleh asosiasi tersebut pada 11 Februari 2025, seperti dikutip dari Xinhua, Senin, 24 Februari 2025, Adam mengatakan UE dapat kehilangan hingga 3,7 juta ton ekspor baja ke AS sebagai akibat dari kebijakan tarif baru.
 
"Terlebih produk baja tambahan (impor) dari negara ketiga akan masuk ke pasar Eropa. Kondisi ini akan memperburuk situasi yang sudah genting bagi industri baja Eropa," tutur dia.
 
Hanya sedikit yang dapat dilakukan UE untuk menangkis implikasi tersebut karena AS merupakan pasar ekspor terbesar kedua bagi produsen baja UE, mewakili 16 persen dari total ekspor baja UE pada 2024. Menurut Adam, total sembilan juta ton kapasitas dan lebih dari 18 ribu pekerjaan hilang di industri baja Eropa pada 2024.
 
Pada 18 Februari 2025, Trump mengumumkan rencana untuk mengenakan tarif sebesar 25 persen pada impor mobil. Ini menjadi sebuah kebijakan yang menimbulkan tantangan signifikan bagi industri otomotif Eropa.
 
"Volkswagen dari Jerman, Volvo dari Swedia, dan konglomerat AS-Eropa Stellantis paling rentan terhadap potensi tarif baru karena ketergantungan mereka yang lebih besar pada penjualan di AS dan proporsi impor yang lebih tinggi ke AS," papar analis senior Ruosha Li di lembaga pemeringkat kredit Moody's.
 
Jika tarif 25 persen dikenakan pada impor mobil di AS, ekspor mobil Jerman ke AS dapat turun sebanyak 7,0 persen dan ekspor Italia ke AS dapat turun hingga 6,1 persen, demikian peringatan laporan yang diterbitkan oleh firma penasihat ekonomi Oxford Economics.
 
"Ini bukan hambatan bagi produksi mobil Jerman. Ini badai yang dahsyat," kata Sander Tordoir, kepala ekonom di lembaga pemikir Centre for European Reform.
 

Baca juga: Kalah Lawan Dolar AS, Euro Anjlok ke Level Terendah dalam 2 Tahun


(Ilustrasi ekonomi global. Foto: Freepik)
 

Gangguan pasar keuangan

 
Dampak tarif AS langsung terasa di pasar saham Uni Eropa. Pada 3 Februari 2025, STOXX Europe 600, ukuran umum pasar ekuitas Eropa, mencatat penurunan harian terbesar tahun ini. Beberapa saham otomotif dan suku cadang otomotif bahkan merosot lebih dari 4,3 persen selama perdagangan intraday.
 
Pengumuman tarif besar-besaran sebesar 25 persen pada impor baja dan aluminium di as pada 10 Februari 2025 menyebabkan saham di industri baja turun, dengan ArcelorMittal dan Voestalpine turun sekitar 2,0 persen.
 
Ketidakpastian tidak terbatas pada saham. Di pasar valuta asing, penerapan kebijakan tarif baru telah memperkuat dolar AS, sehingga melemahkan nilai dan stabilitas euro.
 
Goldman Sachs baru-baru ini meramalkan nilai tukar euro terhadap dolar AS akan turun di bawah paritas dalam tahun depan, kemungkinan mencapai 0,97 banding 1.
 
Para analis mengamati meskipun melemahnya euro mungkin dapat meningkatkan ekspor untuk sementara, tarif AS yang tinggi dapat mengurangi manfaat perdagangan yang diperoleh dari depresiasi euro.
 
Selain itu, Eropa akan menghadapi biaya yang lebih tinggi untuk mengimpor energi dan bahan baku berdenominasi dolar lainnya serta produk setengah jadi. Hal ini dapat memperburuk tekanan inflasi di zona euro, sekaligus mempersulit upaya ECB untuk merangsang pertumbuhan ekonomi, terutama setelah beberapa kali pemotongan suku bunga yang bertujuan untuk mendorong pemulihan.
 
Jika UE memutuskan untuk membalas dan mengenakan tarif pada impor AS, harga di UE juga akan terdorong lebih tinggi, menurut laporan Parlemen Eropa.
 
Lorenzo Codogno, mantan kepala ekonom di Kementerian Ekonomi dan Keuangan Italia, memperingatkan tarif dapat mengganggu ekspektasi inflasi dan nilai tukar, sehingga memaksa ECB untuk campur tangan.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Husen Miftahudin)