Gencatan Senjata Thailand-Kamboja Mulai Berlaku, Panglima Militer Dijadwalkan Bertemu

Seorang prajurit Thailand bersiaga di provinsi Surin. (Anadolu Agency)

Gencatan Senjata Thailand-Kamboja Mulai Berlaku, Panglima Militer Dijadwalkan Bertemu

Willy Haryono • 29 July 2025 09:01

Bangkok: Gencatan senjata tanpa syarat antara Thailand dan Kamboja resmi diberlakukan pada Selasa, 29 Juli 2025, menandai langkah awal untuk mengakhiri konflik bersenjata paling mematikan antara kedua negara dalam lebih dari satu dekade terakhir.

Kesepakatan ini dicapai menyusul serangkaian pertempuran sengit di wilayah perbatasan yang diperebutkan, terutama di sekitar kompleks kuil kuno yang menjadi sumber sengketa. Gencatan senjata dijadwalkan dimulai tepat pada pukul 00.00 waktu setempat.

Seorang jurnalis AFP yang berada di kota Samraong, sekitar 20 kilometer dari perbatasan, melaporkan suara tembakan artileri yang terus menerus terdengar sepanjang hari Senin, namun mereda dalam setengah jam menjelang tengah malam.

Dikutip dari The Guardian, Selasa, 29 Juli 2025, sebagai bagian dari kesepakatan damai, para panglima militer dari kedua negara akan bertemu pukul 07.00 waktu setempat, disusul dengan pertemuan Komite Perbatasan Bersama yang dijadwalkan berlangsung di Kamboja pada 4 Agustus mendatang.

Kedua langkah ini diharapkan dapat mendorong penurunan ketegangan dan memperkuat mekanisme dialog antara Bangkok dan Phnom Penh.

Sejak konflik meletus pada Kamis pekan lalu, sedikitnya 38 orang tewas dan hampir 300.000 orang mengungsi dari wilayah perbatasan. Jet tempur, roket, dan artileri berat digunakan oleh kedua belah pihak di wilayah yang didominasi oleh hutan dan lahan pertanian.

Gencatan senjata ini tercapai setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengancam akan menerapkan tarif tinggi dan menangguhkan negosiasi dagang dengan kedua negara jika konflik terus berlanjut. Trump juga mengklaim berperan langsung dalam mendorong tercapainya kesepakatan tersebut.

Perdana Menteri Kamboja Hun Manet menyampaikan terima kasih atas dukungan Trump yang disebutnya “tegas,” sementara Pelaksana Tugas Perdana Menteri Thailand Phumtham Wechayachai menekankan pentingnya pelaksanaan gencatan senjata secara tulus oleh kedua pihak.

Negosiasi damai digelar di Putrajaya, Malaysia, dengan tuan rumah Perdana Menteri Anwar Ibrahim, yang juga menjabat sebagai Ketua ASEAN. China juga disebut berperan aktif dalam proses pembicaraan, bersama dengan kehadiran langsung pejabat Departemen Luar Negeri AS.

Sekretaris Jenderal PBB António Guterres menyambut baik kesepakatan tersebut dan menyerukan agar kedua negara “mematuhi perjanjian sepenuhnya dan menciptakan kondisi yang mendukung penyelesaian damai jangka panjang”.

Di lapangan, situasi masih tetap rapuh. Pada malam menjelang gencatan senjata, militer Thailand melaporkan kehadiran penembak jitu Kamboja di kompleks kuil sengketa, serta peningkatan pengerahan pasukan di sepanjang perbatasan. Thailand juga menuduh Kamboja meluncurkan roket ke wilayahnya.

Sementara itu, rakyat kedua negara masih berada dalam ketidakpastian.

“Saya sangat senang ketika mendengar berita itu, karena saya rindu rumah dan semua barang yang saya tinggalkan,” ujar Phean Neth, pengungsi Kamboja berusia 45 tahun di sebuah kamp pengungsian dekat situs kuil.

Konflik ini terjadi bertepatan dengan ulang tahun ke-73 Raja Thailand Maha Vajiralongkorn. Namun, perayaan publik di Grand Palace Bangkok dibatalkan sebagaimana diumumkan dalam Royal Gazette, menyusul situasi yang masih genting. (Muhammad Reyhansyah)

Baca juga:  Anwar Ibrahim Sebut Thailand dan Kamboja Sepakat Gencatan Senjata

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Willy Haryono)