Banjir Besar Landa Australia Timur, Tiga Tewas dan Puluhan Ribu Terisolasi

Sungai Manning dilaporkan volume airnya meningkat. Foto: ABC/Vanessa Lee

Banjir Besar Landa Australia Timur, Tiga Tewas dan Puluhan Ribu Terisolasi

Fajar Nugraha • 22 May 2025 16:25

Sydney: Hujan lebat yang mengguyur Australia timur pada Kamis 22 Mei 2025 terus memperparah kondisi banjir di wilayah New South Wales, dengan hampir 50.000 orang dilaporkan terisolasi akibat meluapnya sungai, jalan yang tertutup air, serta terbatasnya akses logistik. Polisi menemukan tiga korban jiwa, salah satunya seorang pria berusia 63 tahun, di dalam rumah yang terendam di Moto, sekitar 400 kilometer timur laut Sydney.

Tim penyelamat menggunakan helikopter, perahu, dan drone untuk mengevakuasi warga yang terjebak, termasuk mereka yang memanjat atap rumah demi menghindari banjir. Dalam dua hari terakhir, curah hujan yang turun di sebagian wilayah telah melampaui rata-rata empat bulan.

“Kami harus mengatakan bahwa dalam 24 jam ke depan, kemungkinan situasinya akan semakin memburuk. Bencana alam ini benar-benar menjadi pukulan berat bagi komunitas ini,” ujar Perdana Menteri Negara Bagian New South Wales, Chris Minns, seperti dikutip Channel News Asia, Kamis 22 Mei 2025.

Salah satu wilayah yang terdampak paling parah adalah kota pertanian Kempsey di tepi Sungai Macleay. “Hujan di atap seng biasanya menenangkan, tapi sekarang justru memekakkan dan menakutkan,” kata Wali Kota Kinne Ring kepada AFP. 

Ia menambahkan bahwa lebih dari 20.000 warga di wilayah pemerintahannya terisolasi dan kesulitan mendapatkan obat-obatan serta kebutuhan pokok.

“Banjir kali ini sangat berbeda dari yang pernah kami alami sebelumnya,” tegas Ring.

Minns memperkirakan hampir 50.000 orang di sepanjang pesisir Mid North Coast telah terdampak, dengan aliran sungai dari perbukitan curam menuju wilayah pedalaman menghantarkan banjir ke berbagai komunitas. Pihak berwenang juga mengkhawatirkan keberadaan setidaknya tiga orang yang diduga hilang.

Perubahan iklim perparah intensitas bencana

Dalam beberapa bulan terakhir, Australia menghadapi cuaca ekstrem di berbagai wilayah, mulai dari daerah tandus di pedalaman hingga pesisir tropis. Data dari Australian National University mencatat bahwa suhu rata-rata permukaan laut di sekitar benua tersebut mencapai rekor tertinggi sepanjang 2024.

Air laut yang lebih hangat melepaskan lebih banyak uap air ke atmosfer, yang pada akhirnya memicu intensitas hujan yang lebih besar. “Sayangnya, kami semakin mahir dalam mendistribusikan sumber daya saat bencana alam terjadi. Dan itu karena kami menghadapinya lebih sering, bukan lebih jarang,” ujar Minns.

Hingga saat ini, sekitar 2.500 petugas darurat telah dikerahkan ke wilayah terdampak, dilengkapi dengan armada kapal penyelamat, helikopter, dan ratusan drone pencari. Menteri Penanggulangan Bencana Australia, Kristy McBain, memperingatkan bahwa kondisi masih belum stabil.

“Curah hujan masih terus turun dan sejumlah sungai belum mencapai puncak luapannya,” katanya kepada ABC.

Salah satu warga Taree, Holly Pillotto, menggambarkan kondisi saat ia dan keluarganya terjebak di lantai atas rumah. “Tetangga kami di beranda belakang juga tidak bisa ke mana-mana. Ini tempat yang sangat berbahaya saat ini,” pungkas Pillotto.

(Muhammad Reyhansyah)

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Fajar Nugraha)