Diplomat Senior Anggap Suriah Tersandera oleh Mafia Negara

Bashar al-Assad tumbang oleh Hayat Tahrir al-Sham (HTS). Foto: EFE-EPA

Diplomat Senior Anggap Suriah Tersandera oleh Mafia Negara

Fajar Nugraha • 24 December 2024 20:05

Moskow: Seorang diplomat senior Suriah pada Senin mengecam rezim Bashar al-Assad yang digulingkan, dengan mengatakan bahwa rezim tersebut beroperasi seperti “mafia korup” yang mengeksploitasi negara untuk keuntungan pribadi. 

Bashar Jaafari, Duta Besar Suriah di Moskow, pernah menjadi pendukung setia mantan pemimpin Bashar Assad. Ia mengungkapkan kekecewaannya dalam komentarnya kepada pers.

"Saya berbicara tentang negara Suriah, bukan rezimnya," ujar Jaafari.

"Anda mungkin terkejut mendengar saya mengatakan bahwa tidak pernah ada rezim yang nyata pada titik mana pun. Jika ada, rezim itu akan membela diri,” kata Jaafari, dikutip dari Anadolu, Selasa, 24 Desember 2024. 

Pernyataan Jaafari menyusul jatuhnya rezim Assad, yang runtuh pada 8 Desember setelah pasukan oposisi memasuki Damaskus.

“Yang ada adalah sistem mafia korup yang melayani kepentingannya sendiri. Anda telah melihat betapa cepatnya sistem itu runtuh,” imbuhnya.

Dialog nasional ini menjanjikan karena kepemimpinan politik yang baru membuat komitmen yang menarik bagi semua sektor masyarakat Suriah. Mudah-mudahan, ini akan terwujud secara efektif, damai, dan tanpa kekerasan.”

Selama karier diplomatiknya, Jaafari memegang berbagai jabatan di Kementerian Luar Negeri Suriah dan bertugas di kedutaan besar Suriah di seluruh dunia. Pada tahun 2006, ia menjadi perwakilan tetap Suriah di PBB.

Selama masa jabatannya, Jaafari membela rezim Assad dengan tegas, berulang kali membantah tuduhan pelanggaran hak asasi manusia. Ia juga mencoba membenarkan tindakan rezim tersebut di panggung internasional, yang sering kali berselisih dengan pejabat global.

Assad, pemimpin Suriah selama hampir 25 tahun, melarikan diri ke Rusia setelah kelompok anti-rezim menguasai Damaskus pada 8 Desember, mengakhiri rezim Partai Baath, yang telah berkuasa sejak 1963.

Pengambilalihan tersebut terjadi setelah pejuang Hayat Tahrir al-Sham (HTS) merebut kota-kota utama dalam serangan kilat yang berlangsung kurang dari dua minggu. (Siti Khumaira Susetyo)

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Fajar Nugraha)