Dilanda Banjir Saat Perang Saudara, 226 Orang Tewas di Myanmar

Topan Yagi di Myanmar tewaskan 226 orang. (EPA Images)

Dilanda Banjir Saat Perang Saudara, 226 Orang Tewas di Myanmar

Marcheilla Ariesta • 17 September 2024 16:22

Naypyidaw: Jumlah korban tewas akibat banjir besar di Myanmar usai dihantam Topan Yagi naik drastis menjadi 226 jiwa. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperingatkan bahwa 630 ribu orang lainnya memerlukan bantuan.

Topan Yagi melanda Vietnam utara, Laos, Thailand, dan Myanmar lebih dari seminggu yang lalu dengan angin kencang dan curah hujan yang sangat tinggi, memicu banjir dan tanah longsor yang telah menewaskan lebih dari 500 orang, menurut angka resmi.

TV pemerintah di Myanmar yang diperintah junta mengonfirmasi 226 korban tewas pada Senin, 16 September malam waktu setempat. Sebanyak 77 orang masih dilaporkan hilang.

"Hampir 260 ribu hektar sawah dan tanaman lainnya hancur akibat banjir," lapor stasiun televisi itu, dilansir dari Channel News Asia, Selasa, 17 September 2024.

Badan tanggap bencana Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNOCHA) mengatakan sekitar 631.000 orang telah terkena dampak banjir di seluruh Myanmar.

UNOCHA mengatakan, makanan, air minum, tempat berteduh, dan pakaian sangat dibutuhkan. UNOCHA memperingatkan bahwa jalur komunikasi yang terputus, jalan yang terblokir, dan jembatan yang rusak sangat menghambat upaya bantuan.

Komunikasi yang buruk, terutama dengan daerah terpencil, juga mengakibatkan informasi tentang korban jiwa lambat diperoleh.

Lebih dari 150.000 rumah terendam banjir, surat kabar pemerintah Global New Light of Myanmar melaporkan, dan junta telah membuka lebih dari 400 kamp bantuan.

Program Pangan Dunia PBB pada hari Senin mengatakan banjir tersebut adalah yang terburuk dalam sejarah Myanmar baru-baru ini, tanpa memberikan rincian yang tepat.

Banjir parah melanda negara tersebut pada tahun 2011 dan 2015, dengan lebih dari 100 kematian dilaporkan pada kedua kejadian tersebut, sementara pada tahun 2008 Siklon Nargis menyebabkan lebih dari 138.000 orang meninggal atau hilang.

Junta militer mengeluarkan permohonan bantuan asing yang jarang terjadi pada akhir pekan, dengan negara tetangga India sejauh ini menjadi satu-satunya negara yang menanggapi, dengan mengirimkan 10 ton bahan, termasuk ransum kering, pakaian, dan obat-obatan.

UNOCHA mengatakan lebih banyak sumber daya sangat dibutuhkan.

Dalam beberapa tahun terakhir, militer Myanmar telah memblokir atau menggagalkan bantuan kemanusiaan dari luar negeri, termasuk setelah Topan Mocha yang dahsyat tahun lalu ketika menangguhkan izin perjalanan bagi kelompok-kelompok bantuan yang berusaha menjangkau sekitar satu juta orang.

Bahkan sebelum banjir terakhir, orang-orang di Myanmar bergulat dengan dampak perang selama tiga tahun antara junta militer dan kelompok-kelompok bersenjata yang menentang kekuasaannya, dengan jutaan orang terpaksa meninggalkan rumah mereka akibat konflik tersebut.

Baca juga: Jumlah Korban Tewas Topan Yagi di Myanmar Jadi 74 Orang

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Marcheilla A)