Momentum Hilang, Ekonomi Kuartal II Diramal Bakal Terpangkas

Ilustrasi. Foto: Freepik.

Momentum Hilang, Ekonomi Kuartal II Diramal Bakal Terpangkas

Media Indonesia • 7 May 2024 11:23

Jakarta: Ekonomi Indonesia pada kuartal kedua dinilai akan menghadapi sejumlah tantangan yang cukup berat, baik dari luar maupun dalam negeri. Bahkan angka pertumbuhan lima persen di tiga bulan kedua tahun ini diperkirakan bakal sulit tercapai.

Demikian disampaikan Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad saat dihubungi. Ekonomi domestik, kata dia, tak lagi memiliki momentum yang dapat mendongkrak perekonomian seperti di kuartal I-2024.

"Di kuartal satu ini pertumbuhannya berasal dari konsumsi masyarakat dan pemerintah, itu luar biasa besar. Karena memang ditopang oleh pemilu dan Ramadan," ujar Tauhid saat dihubungi, dikutip Selasa, 7 Mei 2024.

Momentum tersebut, kata Tauhid, tak lagi ditemui di kuartal II. Karenanya, dia memperkirakan konsumsi masyarakat dan pemerintah yang telah menjadi motor pertumbuhan di tiga bulan pertama akan mengalami turun mesin, alias melemah.

Belum lagi kondisi inflasi pangan atau barang bergejolak di Tanah Air masih cukup tinggi. Bahkan kelompok itu diperkirakan masih akan terus mengalami kenaikan di kuartal II imbas perubahan iklim dan konflik geopolitik dunia.

Alih-alih terjangkau, kebutuhan pangan justru dinilai akan membatasi pertumbuhan konsumsi masyarakat di kuartal II karena ada potensi kenaikan harga. Beras, misalnya, meski telah melandai, harga komoditas itu diperkirakan tak akan turun lebih rendah lagi.

Sebabnya, pemerintah telah menetapkan kenaikan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) gabah dan beras, setidaknya hingga Juni 2024. Itu menurut Tauhid tak akan menarik harga beras di level konsumen ke bawah.

Kondisi itu juga bisa bertambah berat lantaran perubahan iklim terjadi begitu cepat. Dampaknya, produksi beras di bisa terganggu dan mengerek harga komoditas itu.

"Kalau melihat proyeksi, sampai April 2025 harga beras itu akan naik di level dunia, itu dari trading economics, karena situasi climate change dan geopolitik," jelas dia.
 

Baca juga: BPS: Pertumbuhan Ekonomi Kuartal I-2024 Tumbuh 5,11%
 

Program makan siang gratis bebani ekonomi


Harga pangan juga diprediksi akan tetap tinggi karena kebijakan yang digulirkan oleh pemerintahan baru. Program makan siang dan susu gratis dinilai akan menyebabkan permintaan komoditas pangan melejit, menyebabkan harga bertahan di level yang tinggi.

Hal itu, kata Tauhid, perlu diwaspadai. Pasalnya, pendapatan masyarakat, utamanya kelompok menengah bawah cenderung stagnan. Mayoritas masyarakat akan terus berkutat memutar otak untuk sekadar memenuhi urusan perut lantaran harga yang tinggi tak diikuti kenaikan pendapatan.

Situasi itu akan kian memperberat ekonomi Indonesia, tak hanya di kuartal II, tetapi juga di beberapa periode berikutnya. Apalagi jumlah masyarakat yang setengah menganggur mengalami kenaikan.

Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS), terjadi kenaikan jumlah masyarakat setengah menganggur sebanyak 2,5 juta orang pada Februari 2024 menjadi 12,11 juta orang. Itu berarti, makin banyak orang yang memiliki pendapatan kurang layak atau belum bisa mencukupi kebutuhannya.

Sebab, masyarakat yang setengah menganggur ialah mereka yang bekerja kurang dari 35 jam dalam seminggu dan masih mencari atau menerima pekerjaan tambahan.

"Kalau masih mencari pekerjaan, berarti tingkat pendapatan yang diterima masih belum mencukupi," tutur Tauhid.

"Mereka tetap bekerja, tapi mereka bekerja kurang dari 35 jam dan sedang mencari pekerjaan, saya rasa itu karena ada pendapatan yang kurang layak," sambung Tauhid.

(M ILHAM RAMADHAN)

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Husen Miftahudin)