Penjelasan Gag Nikel soal Pengolahan Limbah

Pulau Gag, Raja Ampat/Istimewa

Penjelasan Gag Nikel soal Pengolahan Limbah

M Sholahadhin Azhar • 9 June 2025 19:09

Jakarta: PT Gag Nikel merespons tudingan terkait perusakan alam di Pulau Gag, Raja Ampat. Plt Presiden Direktur Arya Arditya menegaskan operasional pihaknya sesuai standar yang ditentukan.

Arya mengatakan pihaknya melaksanakan operasional pertambangan berkelanjutan, agar tak merusak Pulau Gag. Prosedur pengolahan limbah yang telah dijalankan, yaitu mengoperasikan sistem drainase, sump pit, dan kolam pengendapan untuk menampung air larian.

"Proses pengolahan air limbah dilakukan melalui lima kompartemen sebagai filter dan tampungan sedimentasi, semua air atau limpasan hasil hujan itu sebelum masuk ke badan sungai kita endapkan terlebih dahulu melalui lima kolam, dan kita lakukan pengukuran Total Suspended Solids (TSS) setiap hari, setelah sesuai dengan ketentuan yang berlaku baru kita keluarkan,” kata Arya dalam keterangan tertulis, Senin, 9 Juni 2025.
 

Baca: Irsan Sosiawan Dukung Evaluasi Total Tambang Nikel di Raja Ampat

Pihaknya juga telah memperoleh persetujuan teknis Baku Mutu Air Limbah (BMAL) untuk pengelolaan air larian, serta aktif melakukan rehabilitasi Daerah Aliran Sungai (DAS) dan konservasi terumbu karang di sekitarnya. Setelah kolam penampungan sedimentasi mengering, residu limbah dipindahkan ke tempat penampungan khusus yang sudah ditentukan.

Sejak mendapatkan Izin Operasi Produksi pada 2017 dari Kementerian ESDM dan mulai beroperasi pada 2018, Gag Nikel telah melaksanakan berbagai program keberlanjutan. Menurut dia, ada 4 program yang dilaksanakan, mulai reklamasi area tambang hingga pemantauan kualitas lingkungan.

Arya memerinci pada 2018-2024, luas lahan reklamasi mencapai 131,42 hektare, dengan penanaman lebih dari 350.000 pohon. Langkah lain terkait rehabilitasi daerah aliran sungai (DAS) pada 2018-2024, dengan rehabilitasi 666,6 hektare DAS, dengan 231,1 hektare tanaman berhasil tumbuh, dan 150 hektare lainnya dalam proses penilaian.

Program lain terkait konservasi terumbu karang seluas kurang lebih 1.000 m² di kawasan pesisir Raja Ampat. Program itu dimonitor tiap triwulanan oleh tim internal, dan pengawasan tahunan bersama Politeknik Kelautan dan Perikanan Sorong.

Selanjutnya, pemantauan kualitas lingkungan hidup. Arya membeberkan data 2024 yang menunjukkan kadar SO?, NO?, PM??, dan PM?.? di titik dermaga, tambang, dan lokasi pit tetap jauh di bawah ambang batas. Air limbah tambang memiliki pH stabil (7–8), TSS hanya 5–27 mg/L (baku mutu: 200 mg/L), dan kadar Chromium VI tercatat 0,03–0,07 mg/L (batas: 0,1 mg/L). Tingkat kebisingan di seluruh titik pemantauan tidak melebihi 70 dBA.

Menurut dia, langkah-langkah tersebut menunjukkan bahwa Gag Nikel berupaya agar eksplorasi sekaligus produksi nikel dapat berjalan selaras. Terutama, dengan pelestarian ekosistem dan kesejahteraan komunitas lokal.

“Operasi PT Gag Nikel di Raja Ampat menjadi bukti bahwa tambang dan konservasi bisa berjalan beriringan dengan prinsip tanggung jawab,” tegas Arya.

Di sisi lain, pihaknya mengapresiasi penuh seluruh langkah pemerintah. Terutama, untuk mengawal operasional tambang berkelanjutan di Indonesia.

Pihaknya terus berupaya menegakan prinsip Good Mining Practices dalam operasional tambang. Apalagi, PT Gag Nikel merupakan kepanjangan tangan pemerintah, karena merupakan bagian dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

"Kami juga siap mendukung langkah Menteri LH dalam melakukan pendalaman terhadap upaya pemulihan lingkungan yang selama ini telah dilakukan oleh Gag Nikel," ucap Arya.

Menurut dia, sejarah penambangan nikel di Pulau Gag sudah berlangsung lebih lama ketimbang popularitas Raja Ampat sebagai destinasi wisata. Secara geologis, wilayah ini dipengaruhi oleh Sesar Sorong—di utara merupakan kerak Samudra Pasifik, di selatan kerak Benua Australia—sehingga mineral nikel terbentuk melalui proses lateritisasi pada singkapan kerak samudra.

Arya memastikan area tambang sama sekali tidak masuk dalam batas resmi Geopark Raja Ampat. Berdasarkan data resmi Geopark Raja Ampat, kawasan ini mencakup empat pulau utama: Waigeo (termasuk Kepulauan Wayag di ujung utara), Batanta, Salawati, dan Misool.

Karena Pulau Gag berada cukup jauh dari keempat pulau tersebut, kegiatan pertambangan PT Gag Nikel dipastikan tidak berada di zona Geopark Raja Ampat. 

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(M Sholahadhin Azhar)