Covid-19 Meningkat di Asia, Masyarakat Diminta Tak Panik Tapi Waspada

Ilustrasi. Metrotvnews.com.

Covid-19 Meningkat di Asia, Masyarakat Diminta Tak Panik Tapi Waspada

Daviq Umar Al Faruq • 11 June 2025 12:53

Malang: Lonjakan kasus covid-19 di sejumlah negara Asia, seperti Thailand, Singapura, dan Hong Kong, kembali menjadi perhatian. Namun pakar paru dari Universitas Brawijaya (UB), Rezki Tantular, mengimbau masyarakat tidak panik dan tetap waspada. 

Rezki menegaskan covid-19 kini telah menjadi siklus dengan fase naik dan turun. Ia menambahkan bahwa virus pasti tidak akan pernah hilang.

"Masyarakat diimbau untuk tidak panik dan tetap waspada terhadap kasus covid-19 yang kembali meningkat. Meskipun pada kasus covid-19 yang lama masyarakat sudah banyak yang melakukan vaksin, namun tetap harus menjaga kesehatan dan kewaspadaan," kata Rezki di Malang, Rabu, 11 Juni 2025.
 

Baca: Covid-19 Varian Nimbus Lebih Cepat Menyebar
 
Rezki merinci peningkatan kasus di Asia, dengan Thailand mencatat sekitar 50 ribu kasus dalam 8 hari dan 100 ribu dalam sebulan. Meski demikian, laporan global menunjukkan penurunan di beberapa negara lain, seperti Brasil yang mencapai puncaknya pada Februari lalu.

Ia juga menegaskan bahwa varian virus yang beredar saat ini bukan varian baru, melainkan sub-varian dari Omicron. 

"Apakah variannya baru? Jawabannya adalah tidak, yang beredar adalah sub-varian Omicron," jelasnya.

Meskipun Indonesia tidak melakukan tes massal secara rutin sehingga kasus tidak sepenuhnya terdeteksi, Rezki menyebutkan bahwa kondisi masyarakat saat ini lebih kebal karena banyak yang sudah divaksinasi dan pernah terinfeksi.

"Covid-19 masih ada di Indonesia. Namun, sudah dianggap endemi, bukan pandemi lagi," jelasnya.

Rezki mengingatkan pentingnya cross-checking informasi yang beredar mengenai covid-19. Ia menyoroti hoaks yang menyatakan vaksin covid-19 tidak dianjurkan untuk wanita hamil dan anak-anak. 

"Informasi ini salah dan justru pada saat terjadi peningkatan kasus, vaksinasi tetap diperlukan," ungkapnya.

Ia juga menyarankan masyarakat untuk tidak mudah percaya pada informasi palsu dari media. Vaksinasi tetap penting, surveilans perlu ditingkatkan, dan kesadaran masyarakat untuk menjaga kesehatan menjadi krusial.

Sementara pakar virus dan dosen Fakultas Kedokteran (FK) UB, dr Andrew William Tulle, MSc, menambahkan bahwa virus covid-19 tidak pernah menghilang, hanya saja jumlahnya menurun di Indonesia. 

"Tapi sejujurnya, covid-19 masih ada, cuma memang tidak separah dulu," kata Andrew.

Menurutnya virus ini terus bermutasi menjadi varian-varian baru. Meskipun sudah divaksin, daya tahan tubuh memiliki batas. Saat daya tahan tubuh menurun, ditambah munculnya varian baru yang lebih mudah masuk dan menyebar, kasus covid-19 bisa kembali meningkat.

Varian covid-19 yang merebak belakangan ini masih merupakan bagian dari keluarga Omicron, seperti varian XAC dan JN1 yang ditemukan di Thailand dan Malaysia, serta LF7 dan NB1.8 di Singapura. 

Andrew menjelaskan, mutasi ini membuat varian baru lebih kuat berikatan dengan reseptor pada saluran pernapasan, sehingga lebih mudah ditransmisikan melalui droplet, batuk, dan bersin. 

"Meskipun bermutasi dan lebih kuat berikatan reseptor, bukan berarti dia lebih mudah ditransmisikan kaya aerosol gitu, tidak," jelasnya.

Andrew menyarankan untuk melakukan vaksinasi kembali yang telah disesuaikan dengan varian virus terbaru yang beredar. Jika menggunakan vaksin lama, daya tangkalnya bisa menurun.

Meskipun virus ini menyebar lintas negara, Andrew belum melihat urgensi untuk penutupan aktivitas lintas negara, namun kewaspadaan tetap diperlukan. 

"Misalnya, ada orang dari luar negeri yang sudah sakit, kita cek kesehatannya. Jika covid-19, kita perlu tindakan seperti dulu; kita lihat kontaknya siapa saja dan dibatasi aktivitasnya. Tapi, tidak perlu sampai menutup perbatasan," ujarnya.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Deny Irwanto)