PM Anwar Ibrahim bertemu Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa di KTT Asia Timur. Foto: Bernama
Muhammad Reyhansyah • 27 October 2025 23:50
Kuala Lumpur: Perdana Menteri Malaysia Datuk Seri Anwar Ibrahim memuji kehadiran Brasil dan Afrika Selatan dalam East Asia Summit (EAS), dengan menyebutnya sebagai wujud kesadaran baru akan transisi demokrasi sekaligus dukungan kuat terhadap multilateralisme.
“Kami ingin Afrika menjadi bagian dari keterlibatan ini, memperluas hubungan perdagangan, investasi, serta pengaturan geopolitik. Begitu juga dengan Brasil, dalam memperluas kerja sama multilateral dan investasi perdagangan di kawasan Asia Timur,” ujar PM Anwar dalam sambutan pembukaan EAS pada Senin, 28 Oktober 2025.
Kehadiran Presiden Brasil Luiz Inácio Lula da Silva dan Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa dalam pertemuan tersebut merupakan undangan khusus dari Malaysia selaku Ketua ASEAN tahun ini.
PM Anwar menambahkan bahwa pertemuan kali ini akan mengadopsi Kuala Lumpur Declaration dalam rangka memperingati 20 tahun EAS, serta pernyataan bersama para pemimpin mengenai pentingnya lokalisasi dan langkah antisipatif dalam kesiapsiagaan bencana. Ia juga menyampaikan apresiasi kepada negara-negara peserta atas komitmen dan keteguhan mereka dalam mencapai kesepakatan tersebut.
“Ini merupakan contoh nyata bahwa keberagaman bukanlah sumber perpecahan,” ucapnya, dikutip dari The Star, Senin, 28 Oktober 2025.
PM Anwar menegaskan bahwa EAS, yang dibentuk dua dekade lalu sebagai forum pimpinan negara untuk berdialog mengenai isu strategis, politik, dan ekonomi, kini perlu memperbarui tujuan bersama guna menghadapi tantangan global yang semakin kompleks.
“Kita menegaskan kembali tujuan kita, mendorong keterlibatan yang berprinsip dan berpandangan jauh ke depan, terus mengedepankan dialog daripada paksaan, keseimbangan daripada dikotomi, serta kerja sama daripada konfrontasi,” ujar PM Anwar. “Kita meneguhkan komitmen terhadap perdamaian dan keamanan global berdasarkan multilateralisme serta hukum internasional.”
Proses EAS sendiri dimulai pada tahun 2005 melalui penyelenggaraan pertemuan pertama di Kuala Lumpur. Awalnya forum ini diikuti oleh 16 negara, termasuk anggota ASEAN, Australia, Tiongkok, India, Jepang, Selandia Baru, dan Korea Selatan. Amerika Serikat serta Federasi Rusia kemudian bergabung pada KTT ke-6 di Bali pada 19 November 2011.