3 Strategi Menko Airlangga dalam Menghadapi Tarif Trump

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto. Foto: dok Kemenko Perekonomian.

3 Strategi Menko Airlangga dalam Menghadapi Tarif Trump

Riza Aslam Khaeron • 15 April 2025 10:55

Jakarta: Pemerintah Indonesia memilih jalur negosiasi sebagai strategi utama dalam merespons tarif impor tinggi yang diberlakukan Amerika Serikat terhadap sejumlah komoditas Indonesia. Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menegaskan bahwa Indonesia tidak akan mengambil langkah balasan berupa tarif tandingan, melainkan menawarkan solusi perdagangan jangka panjang yang lebih saling menguntungkan.

Melansir Al Jazeera pada Selasa, 12 April 2025, Airlangga menyampaikan bahwa pemerintah Indonesia akan mengirim delegasi negosiasi ke Washington pada Rabu, 13 April 2025. Delegasi ini tidak hanya membahas isu tarif, tetapi juga menyodorkan proposal kerja sama investasi dua arah.

“Kami akan menyampaikan usulan perjanjian perdagangan bilateral dengan AS. Tujuannya bukan hanya tarif, tapi juga investasi strategis,” ujarnya dari Jakarta. Berikut strategi Menko.
 

Diplomasi Dagang: Menawarkan Perjanjian Bilateral

Dalam strategi menghadapi tekanan dari pemerintahan Trump, Airlangga tidak memilih jalur konfrontatif. Sebaliknya, Indonesia mengedepankan pendekatan yang proaktif dengan menawarkan skema perjanjian dagang yang dapat menciptakan kepastian hukum dan keuntungan jangka panjang.

Hal ini sekaligus menjadi bagian dari strategi diversifikasi mitra dagang yang menghindari ketergantungan berlebihan pada satu pasar.

“Saya sudah menjadwalkan komunikasi langsung dengan Menteri Perdagangan Amerika Serikat sebelum delegasi tiba,” kata Airlangga, menandakan keseriusan pemerintah dalam membangun relasi yang berorientasi solusi. Beliau menyatakan tim perundingan dengan AS dikirim hari ini, Selasa 15 April 2025.

Ia menambahkan bahwa Indonesia ingin mengingatkan AS bahwa negeri ini menjadi lokasi banyak investasi strategis perusahaan Amerika. Oleh karena itu, stabilitas hubungan dagang harus dipandang sebagai kepentingan bersama, bukan sekadar isu sepihak.
 

Diversifikasi Pasar Lewat EAEU dan Uni Eropa

Di tengah ancaman tarif, Indonesia juga mempercepat langkahnya menjajaki kesepakatan perdagangan bebas dengan kawasan lain. Airlangga mengungkap bahwa pemerintah tengah menyelesaikan tahap akhir negosiasi perjanjian perdagangan dengan Uni Ekonomi Eurasia (EAEU), yang mencakup Rusia dan beberapa negara Asia Tengah.

Menurutnya, kesepakatan ini mencakup aspek tarif bilateral serta jaminan perlindungan investasi. “Kami melihat peluang kerja sama strategis, khususnya di bidang energi, logistik, dan pengembangan kawasan industri,” katanya dalam konferensi pers penutupan Forum Dagang Indonesia-Rusia yang digelar di Jakarta, Senin, 11 April 2025.

Tak hanya itu, pembicaraan dengan Uni Eropa juga terus berlanjut. Pemerintah menilai bahwa memperkuat hubungan dagang dengan mitra non-AS adalah langkah strategis dalam menghadapi ketidakpastian global.
 
Baca Juga:
Indonesia–Yordania Tandatangani Empat MoU Strategis Hadapi Tantangan Global
 

Mendekat ke Rusia dan Peran BRICS

Airlangga menegaskan bahwa menjalin kemitraan lebih erat dengan Rusia bukan hanya langkah taktis, melainkan juga strategi jangka panjang untuk menghadapi struktur ekonomi global baru. Dalam forum dagang Indonesia-Rusia yang diadakan di Jakarta, ia menyebut kerja sama dengan Rusia sebagai “opsi strategis di tengah ketidakpastian ekonomi dunia.”

Alexei Grozdev, Wakil Menteri Perdagangan dan Industri Rusia, mengatakan bahwa perdagangan antara Rusia dan Indonesia berjumlah sekitar $4 miliar tahun lalu, dan telah mengalami pertumbuhan berkelanjutan selama tiga tahun terakhir sebesar 12%.

Selain komoditas utama seperti batu bara dan minyak kelapa sawit dari Indonesia, Rusia mengekspor produk strategis seperti pupuk, gandum, logistik energi, dan permesinan berat.

Pertamina menyatakan minatnya dalam menjalin kemitraan dengan perusahaan Rusia untuk pengembangan kilang dan eksplorasi migas di kawasan timur Indonesia. Selain itu, sektor energi terbarukan dan nuklir juga masuk dalam pembahasan bilateral sebagai bagian dari agenda jangka panjang kedua negara.

Indonesia juga mulai membuka jalur penerbangan langsung ke Moskow dan beberapa kota besar lainnya seperti Kazan dan St. Petersburg guna menunjang konektivitas perdagangan, pariwisata, dan pendidikan.

Peningkatan konektivitas ini tidak hanya ditujukan untuk sektor logistik, tetapi juga mendukung pertumbuhan jumlah wisatawan Rusia ke Bali serta promosi pariwisata Indonesia di kawasan Rusia Muslim seperti Dagestan, Chechnya, dan Tatarstan.

Kerja sama dalam kerangka BRICS menjadi instrumen tambahan yang memperluas ruang diplomasi Indonesia.

“Dengan masuknya Indonesia ke BRICS dan New Development Bank, kami memiliki akses baru terhadap pendanaan pembangunan dan jaringan dagang lintas kawasan,” ujar Dede Ratam dari Kadin dalam wawancaranya di sela forum.

Potensi kerja sama BRICS juga meluas ke sektor kreatif. Perusahaan dari kedua negara mulai membahas kolaborasi dalam industri gim dan animasi, mengingat besarnya populasi muda digital di Indonesia dan Rusia. Kerja sama ini diharapkan memberi nilai tambah pada ekspor jasa kreatif dan teknologi, dua sektor yang saat ini tengah didorong dalam cetak biru ekonomi digital nasional.

Pemerintah memandang sinergi BRICS sebagai penyeimbang dominasi dolar dalam sistem keuangan global. Oleh karena itu, langkah-langkah konkret seperti kerja sama energi, pendidikan, pertahanan pangan, pariwisata, industri kreatif, dan infrastruktur logistik kini menjadi perhatian utama dalam penguatan hubungan bilateral Indonesia-Rusia.

Airlangga tidak menutup mata terhadap tantangan struktural seperti hambatan logistik dan sistem keuangan yang belum efisien dalam menjangkau mitra baru seperti Rusia, karena itulah Indonesia tengah meningkatkan konektivitas logistik Ibu Pertiwi ke Moskow.

“Selain diplomasi dagang, kami ingin membangun relasi masyarakat-ke-masyarakat (people-to-people contact) yang lebih kuat,” tambahnya.

Dengan strategi diplomasi aktif, penguatan kawasan industri, dan diversifikasi pasar, Indonesia berupaya mengubah tekanan ekonomi dari kebijakan Trump menjadi peluang jangka panjang. Pemerintah berharap pendekatan ini tidak hanya meredam dampak tarif AS, tetapi juga memperkuat posisi Indonesia dalam peta dagang global.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Surya Perkasa)