Harga Emas Melemah, Tapi Tren Bullish Belum Usai

Ilustrasi. Foto: Freepik.

Harga Emas Melemah, Tapi Tren Bullish Belum Usai

Eko Nordiansyah • 27 May 2025 11:41

Jakarta: Harga emas dunia (XAU/USD) mengalami tekanan pada awal pekan ini, turun lebih dari 0,50 persen pada Senin, 26 Mei 2025, seiring melemahnya permintaan terhadap aset safe haven setelah Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengumumkan penundaan tarif sebesar 50 persen terhadap produk-produk dari Uni Eropa hingga 9 Juli.

Perdagangan pun berlangsung dalam volume rendah karena pasar keuangan di Inggris dan AS tutup akibat libur nasional. Pada Selasa, 27 Mei 2025, XAU/USD diperdagangkan di kisaran USD3.336.

"Pelemahan ini belum menandakan berakhirnya tren naik secara keseluruhan. Berdasarkan kombinasi candlestick harian dan indikator teknikal seperti Moving Average (MA), tren jangka menengah XAU/USD masih menunjukkan sinyal bullish," kata Analis dari Dupoin Futures Indonesia Andy Nugraha dalam keterangan tertulis.

Jika dorongan beli kembali muncul, maka potensi penguatan harga bisa menembus level resistance USD3.367. Namun, apabila terjadi pembalikan arah (reversal), harga diperkirakan akan menguji support terdekat di USD3.322 sebagai batas bawah yang signifikan untuk hari ini.
 

Baca juga: 

Harga Emas di Pegadaian Diskon, Cek Selengkapnya di Sini



(Ilustrasi emas. Foto: Freepik)

Sentimen pasar global sempat membaik

Pernyataan Trump yang menunda bea masuk terhadap produk Eropa, sehingga menekan permintaan terhadap aset lindung nilai seperti emas. Namun, koreksi ini juga terbatas oleh meningkatnya kekhawatiran pasar terhadap kondisi fiskal Amerika Serikat. Di tengah penurunan harga, sebagian investor tetap mempertahankan posisi beli mereka karena kekhawatiran tersebut belum mereda.

Pekan lalu, XAU/USD mencatat lonjakan mingguan lebih dari 4,86 persen kenaikan mingguan tertinggi sejak awal April 2024 terutama didorong oleh ketegangan perdagangan antara AS dan Uni Eropa, serta tekanan dari Trump terhadap perusahaan Apple untuk memindahkan produksinya ke dalam negeri.

"Retorika Trump terhadap Uni Eropa dan perusahaan AS turut menciptakan ketidakpastian baru yang mendukung penguatan harga emas dari USD3.287 ke puncak mingguan USD3.365," ungkap dia.

Selain itu, permintaan fisik dari Asia juga memberi dukungan pada harga logam mulia ini. Data dari Reuters menunjukkan bahwa impor bersih emas Tiongkok melalui Hong Kong lebih dari dua kali lipat pada April dibandingkan Maret, mencatat level tertinggi sejak Maret 2024. Ini mengindikasikan permintaan riil terhadap emas dari konsumen Asia tetap kuat, meskipun kondisi pasar global bergerak fluktuatif.

Faktor geopolitik jadi katalis utama

Rusia kembali melancarkan serangan udara terhadap Ukraina selama tiga malam berturut-turut, memicu eskalasi konflik dan meningkatkan ketegangan global. Tanggapan keras dari Trump terhadap agresi ini menunjukkan risiko geopolitik masih tinggi dan berpotensi memicu gelombang permintaan baru terhadap aset safe haven seperti emas.

Dalam pekan ini, perhatian investor akan tertuju pada sejumlah data ekonomi AS seperti laporan Pesanan Barang Tahan Lama, risalah FOMC, data PDB kuartal pertama, dan indeks inflasi PCE. Data ini berpotensi memicu volatilitas baru pada pasar logam mulia.

"Meski saat ini pasar terlihat tenang, emas tetap menjadi aset strategis di tengah ketidakpastian ekonomi dan politik global. Jika pasar kembali risk-off, harga bisa cepat berbalik naik," ujar Andy.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Eko Nordiansyah)