PM Malaysia: Kamboja dan Thailand Berminat untuk Gencatan Senjata

Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim. (Lukas Coch, EPA-EFE)

PM Malaysia: Kamboja dan Thailand Berminat untuk Gencatan Senjata

Riza Aslam Khaeron • 25 July 2025 13:27

Kuala Lumpur: Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim menyatakan bahwa Kamboja dan Thailand menunjukkan sikap positif untuk mempertimbangkan gencatan senjata di tengah eskalasi konflik perbatasan yang memuncak pada Kamis, 24 Juli 2025.

Bentrokan terjadi di sejumlah titik di sepanjang perbatasan, termasuk wilayah Oddar Meanchey dan Provinsi Surin, khususnya di sekitar kompleks candi bersejarah seperti Candi Ta Muen Thom dan Candi Preah Vihear, yang menjadi pusat ketegangan dan lokasi bentrokan bersenjata.

"Malam ini, saya telah berbicara langsung dengan Perdana Menteri Kerajaan Kamboja Hun Manet dan Penjabat Perdana Menteri Kerajaan Thailand Phumtham Wechayachai, menyampaikan keprihatinan mendalam Malaysia atas meningkatnya ketegangan di perbatasan mereka," tulis Anwar di Facebook pada malam 24 Juli, mengutip pernyataan resminya.

Sebagai Ketua ASEAN tahun 2025, Anwar menyampaikan ajakan langsung kepada kedua pemimpin untuk segera menghentikan permusuhan dan membuka ruang dialog damai.

"Dalam kapasitas Malaysia sebagai Ketua ASEAN 2025, saya mengimbau kedua pemimpin untuk segera melakukan gencatan senjata demi mencegah eskalasi lebih lanjut dan menciptakan ruang untuk dialog damai serta penyelesaian diplomatik," ujar Anwar, melansir Straits Times.

Anwar menyambut baik respons awal dari Bangkok dan Phnom Penh.

"Saya menyambut sinyal positif dan kesiapan dari Bangkok maupun Phnom Penh untuk mempertimbangkan langkah ini. Malaysia siap membantu dan memfasilitasi proses ini dalam semangat persatuan dan tanggung jawab bersama ASEAN," tambahnya.

Ia juga menegaskan bahwa kekuatan ASEAN terletak pada solidaritas, dan perdamaian harus selalu menjadi pilihan bersama yang tidak tergoyahkan.

Sementara itu, Dewan Keamanan PBB di New York akan mengadakan pertemuan darurat pada Jumat, 25 Juli 2025, untuk membahas bentrokan berdarah di perbatasan Kamboja dan Thailand. Menurut sumber diplomatik, pertemuan yang diminta oleh Hun Manet itu akan digelar secara tertutup pada pukul 15.00 waktu setempat.
 

Baca Juga:
Militer Thailand Pertimbangkan Kemungkinan Eskalasi Konflik Kamboja Menjadi Perang

Konflik di perbatasan telah menewaskan sedikitnya 14 orang, mayoritas warga sipil, dan melukai puluhan lainnya. Bentrokan terjadi di setidaknya enam lokasi, dengan Thailand melancarkan serangan udara dan menuding Kamboja menanam ranjau di jalur yang seharusnya aman.

Kamboja membalas dengan tembakan roket dan mengklaim wilayahnya diserang terlebih dahulu.

Ribuan warga dari kedua negara telah dievakuasi, termasuk lebih dari 4.000 warga Kamboja yang meninggalkan desa mereka dan mengungsi ke pusat evakuasi di wilayah Oddar Meanchey. Di Thailand, Kementerian Dalam Negeri memerintahkan evakuasi penduduk hingga 50 kilometer dari perbatasan.

Pejabat Thailand menyatakan bahwa serangan Kamboja mengenai rumah sakit dan menewaskan 13 warga sipil serta satu tentara. Kementerian Kesehatan Thailand mengecam serangan tersebut sebagai pelanggaran hukum kemanusiaan internasional.

Sementara itu, Kamboja bersikukuh bahwa tembakan mereka hanya menargetkan lokasi militer dan menyebut aksi Thailand sebagai bentuk agresi.

Sedangkan dari sisi Kamboja, jurnalis asal Thailand Sorayuth Suthassanachinda melaporkan bahwa jumlah korban jiwa di pihak Kamboja telah mencapai 24 orang dalam rentang waktu dari 24 hingga pagi 25 Juli.

Korban terdiri dari warga sipil dan militer, dengan sejumlah besar korban jatuh di wilayah Oddar Meanchey, termasuk dalam serangan udara yang menghantam kawasan sipil.

Belum ada keterangan resmi dari otoritas Kamboja tentang jumlah korban jiwa disisi negara Angkor Wat tersebut.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Surya Perkasa)