Penghijauan Lahan di Pulau Obi Dinilai Langkah Tepat

Nursery atau fasilitas persemaian di lahan pascatambang. Dok. Istimewa

Penghijauan Lahan di Pulau Obi Dinilai Langkah Tepat

Achmad Zulfikar Fazli • 30 May 2025 22:57

Jakarta: Penghijauan lahan di Pulau Obi, Maluku Utara, yang dilakukan Harita Nickel dinilai langkah tepat. Hal ini sebagai bentuk langkah awal untuk memulihkan ekosistem pascatambang.
 
"Beberapa lubang bekas tambang sudah ditanami vegetasi. Ini langkah awal yang bagus,” ujar peneliti dari Center for Environment and Sustainability Science Universitas Padjadjaran, Candra Wirawan, dalam keterangannya, Jumat, 30 Mei 2025.

Terkait transparansi dan akuntabilitas dalam pelaporan dampak lingkungan dan sosial, Candra menyebut tanggung jawab utama berada di tangan pemerintah sebagai pihak yang menerima dokumen AMDAL. Namun, dia mencatat adanya iktikad baik dari perusahaan dalam membuka akses informasi kepada publik dan kalangan akademisi.

“Kami memang diizinkan melihat beberapa lokasi, termasuk laboratorium yang digunakan,” ucap dia.

Dia menyoroti pentingnya pelibatan masyarakat lokal dalam proses pengambilan keputusan, terutama terkait relokasi dan pengelolaan lingkungan. “Masyarakat harus menjadi pihak utama dalam diskusi terkait relokasi dan pengelolaan lingkungan,” tegas Candra.

Dari aspek teknis, Candra mencermati sistem kolam pengendapan sebagai bagian dari proses water management air limpasan tambang. Menurut dia, meskipun kolam pengendapan yang dibangun cukup besar, kapasitasnya harus ditingkatkan, terutama saat musim hujan ekstrem.

Air hasil daur ulang sebagian digunakan untuk penyiraman jalan dan pendingin proses produksi, namun efektivitas jangka panjang sistem ini masih perlu dievaluasi.

Candra juga mengapresiasi pembangunan Desa Kawasi Baru yang diinisiasi Pemerintah Kabupaten Halmahera Selatan, dan Harita Nickel yang berkontribusi dalam pembangunannya. 

“Pembangunan desa beserta fasilitasnya sangat baik. Selanjutnya, yang perlu dipastikan adalah layanan dasar seperti air bersih dan listrik dapat berjalan optimal,” ujar Candra.
 

Baca Juga: 

Harita Nickel Membangun Kesejahteraan Masyarakat Pulau Obi


Dia juga mengapresiasi inovasi lainnya, yakni pemanfaatan slag (terak nikel) sebagai bahan konstruksi, termasuk kubus berongga yang ditempatkan di laut sebagai tempat untuk tumbuhnya terumbu karang. Selain itu, slag ini dimanfaatkan untuk konstruksi paving blok, dan batako untuk pembangunan rumah. 

“Terak nikel (slag) mengandung banyak silika yang dapat digunakan sebagai bahan pengganti semen untuk membuat concrete. Ini tidak digunakan untuk reklamasi, tapi untuk membuat struktur menyerupai terumbu buatan atau bentuk concrete lainnya seperti paving block atau batu bata,” jelas dia.

Untuk menjaga kelestarian laut, Candra mendorong semua pihak mengurangi penggunaan plastik sekali pakai dan mengembangkan teknologi pengolahan sampah terpadu. Menurut dia, pertumbuhan populasi dan industri di Pulau Obi akan menghasilkan limbah, termasuk sampah plastik.

“Perusahaan harus sejak dini melakukan pengurangan penggunaan bahan plastik sekali pakai serta mengadopsi teknologi pengolahan sampah, atau membuat inovasi yang memadukan limbah dari pertambangan dan industri nikel dengan sampah plastik,” ungkap dia.

Candra mengingatkan aktivitas pertambangan terbuka memiliki dampak besar terhadap keanekaragaman hayati dan kualitas lingkungan. Ia menegaskan pentingnya pelaksanaan serta pengawasan terhadap Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL).

“Audit lingkungan yang melibatkan berbagai pihak sangat penting agar dampak negatif bisa diantisipasi,” ujar dia.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Achmad Zulfikar Fazli)