Generasi Muda Kudu Waspada Hustle Culture, Apa Itu?

Ilustrasi. Foto: Freepik.

Generasi Muda Kudu Waspada Hustle Culture, Apa Itu?

Husen Miftahudin • 2 April 2025 17:10

Jakarta: Di era modern ini, kita sering mendengar istilah hustle culture yang semakin marak di berbagai kalangan, terutama generasi muda. Namun, apakah kita benar-benar memahami apa itu hustle culture dan dampaknya bagi kehidupan?
 
Melansir laman OCBC, hustle culture adalah cara hidup yang menitikberatkan pada kerja keras tanpa henti dengan waktu istirahat yang minim. Orang yang menganut hustle culture seringkali menganggap diri mereka sukses jika terus-menerus berusaha mencapai tujuan karir.
 
Fenomena hustle culture muncul pertama kali pada 1971 dan semakin cepat menyebar terutama di kalangan milenial. Tren ini membuat banyak orang percaya aspek penting dalam hidup adalah mencapai tujuan karir dengan bekerja keras secara terus-menerus.
 
Namun kenyataannya, hustle culture memiliki dampak negatif yang cukup serius bagi kesehatan mental dan fisik. Sebuah studi menemukan orang yang bekerja lebih lama, berapapun usianya, sangat mungkin mengalami kecemasan, depresi, dan masalah kesehatan tidur.
 
Di Amerika Serikat (AS), 55 persen pekerja merasakan tekanan akibat pekerjaannya. Sementara itu, di Inggris, terdapat 14,7 persen pekerja yang mengalami gangguan kesehatan mental disebabkan oleh pekerjaan. Di Jepang, jumlah pekerja yang mengalami penyakit jantung, stroke, dan gangguan mental meningkat akibat kelelahan di tempat kerja.
 
Di Indonesia, satu dari tiga pekerja mengalami gangguan kesehatan mental akibat jam kerja yang panjang. Di era pandemi ini, dengan semakin berkembangnya seruan untuk produktif dari rumah, muncul tren toxic hustle culture baru.
 

Baca juga: Cara Cerdas dan Mudah, Kaya di Usia Muda
 

Menyerang siswa dan mahasiswa

 
Meskipun sering dikaitkan dengan orang dewasa yang sudah bekerja, hustle culture juga menyerang para mahasiswa. Terutama bagi mereka yang merasa memiliki banyak tugas dan jurusannya cukup berat.
 
Siswa yang aktif mengikuti bimbingan les di berbagai tempat, serta bergabung dengan beberapa organisasi di sekolah, mungkin juga terkena fenomena ini. Hal ini menyebabkan mereka tidak memiliki waktu untuk beristirahat atau bersenang-senang.
 
Begitu juga dengan mahasiswa, hustle culture terjadi ketika mereka mengikuti berbagai ekstrakurikuler dan himpunan mahasiswa di kampus, dengan alasan untuk menambah pengalaman dan relasi baru.
 
Hustle culture memiliki dampak negatif yang signifikan bagi kehidupan, di antaranya:
 
- Risiko terkena penyakit lebih tinggi.
- Stres berlebihan.
- Mengalami burnout berkepanjangan.
- Tidak memiliki waktu untuk kesenangan pribadi.
- Tidak bisa mencapai keseimbangan hidup.
 
Menyelesaikan pekerjaan dengan cepat memang baik, namun jangan lupakan pentingnya waktu istirahat. Jaga keseimbangan antara kerja dan kehidupan pribadi untuk mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan yang sesungguhnya. (Laura Oktaviani Sibarani)

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Husen Miftahudin)