Pertamina semakin solid memperkuat ekosistem Sustainable Aviation Fuel (SAF). Foto: Pertamina.
Ade Hapsari Lestarini • 17 January 2025 12:12
Cilacap: Pertamina semakin solid memperkuat ekosistem Sustainable Aviation Fuel (SAF) atau bahan bakar penerbangan ramah lingkungan melalui sinergi bisnis hulu ke hilir.
"Komitmen Pertamina sesuai dengan Asta Cita Presiden Republik Indonesia untuk mendukung swasembada energi melalui roadmap Sustainable Aviation Fuel," ujar Direktur Strategi, Portofolio, dan Pengembangan Usaha Pertamina Salyadi Saputra, dalam keterangan resmi, Jumat, 17 Januari 2025.
SAF memang berpotensi sebagai salah satu solusi paling efektif menurunkan emisi di industri penerbangan, dengan adanya pertumbuhan perjalanan transportasi dan kargo udara di periode mendatang. Maka, di awal 2025, Pertamina bersama subholding dan anak usahanya yakni PT Kilang Pertamina Internasional, PT Pertamina Patra Niaga, serta Pelita Air Service melakukan kerja sama penguatan ekosistem SAF bertempat di Kilang Hijau Cilacap.
Mengenal sinergi bisnis Pertamina
Pertamina memiliki lini bisnis hulu ke hilir yang mampu mendukung rantai pasok SAF secara komprehensif. Sinergi ini mencakup riset dan inovasi, produksi SAF, pemasaran SAF, penggunaan SAF, hingga menciptakan
multiplier effect dengan pemberdayaan masyarakat.
Adapun dari sisi riset dan inovasi, sejak 2010, Pertamina telah mengembangkan katalis yang mampu mengolah
Used Cooking Oil (UCO) atau minyak jelantah untuk diolah sebagai SAF sesuai standar American Society for Testing and Materials (ASTM) Internasional. Pada 2024, katalis ini telah terbukti secara teknis melalui uji coba skala pilot di laboratorium Technology Innovation.
Sementara dari sisi produksi SAF, Pertamina melalui Kilang Pertamina Internasional (KPI), sudah melakukan aktivitas pengembangan SAF sejak 2020 termasuk melalui Kilang Hijau Cilacap. Pada 2023, SAF yang diproduksi di Kilang Cilacap dipakai dalam
joy flight pada penerbangan komersial Garuda tujuan Jakarta-Solo.
Pertamina telah mengembangkan katalis yang mampu mengolah minyak jelantah untuk diolah sebagai SAF. Foto: Pertamina.
Sedangkan pada 2024, Kilang Cilacap yang akan memproduksi SAF sukses memperoleh sertifikasi internasional ISCC CORSIA (International Sustainability and Carbon Certification-Carbon Offsetting and Reduction Scheme For International Aviation) di tingkat regional Asia Tenggara.
Direktur Utama KPI, Taufik Aditiyawarman menegaskan, sebagai pelopor produsen SAF berkualitas, SAF produksi KPI akan memberikan
multiplier effect antara lain mendukung katalis berkelanjutan, memperkuat produksi katalis dalam negeri dan menjadi SAF pertama yang diproduksi di Indonesia dan tersertifikasi secara internasional.
Selain itu, dari sisi pemasaran SAF, Pertamina melalui Pertamina Patra Niaga (PPN), terus meningkatkan kapabilitas dalam bisnis
trading SAF. PPN telah memperoleh sertifikasi
sustainability internasional ISCC CORSIA dan EU sebagai
trader. Puncaknya, pada
event Bali International Air Show, September 2024, PPN melakukan trial penjualan SAF kepada
customer airline di
event tersebut.
Implementasi aksi dekarbonisasi
Di sektor pengguna aviasi, Pertamina melalui maskapai Pelita Air Service (PAS) turut berkomitmen menggunakan SAF sebagai implementasi aksi dekarbonisasi yang berkontribusi mengurangi industri penerbangan secara umum. Beberapa program yang didukung PAS antara lain
zero emission flight menggunakan
carbon credit, efisiensi operasional dan program
carbon offset lainnya.
Sinergi bisnis Pertamina untuk perkuat ekosistem SAF juga dijalankan dengan pemberdayaan masyarakat. Melalui kegiatan Tanggung Jawab Sosial Lingkungan, KPI kelola program "Bank Sampah Beo Asri", tak kurang dari 2.978 Kepala Keluarga di Cilacap diberdayakan sebagai pengumpul minyak jelantah. Hasil minyak jelantah yang dikumpulkan akan diproses lanjut dengan filtrasi untuk mengurangi kandungan pengotor sebelum diproses menjadi SAF. Pengumpulan juga dilakukan di lingkungan rumah dinas pekerja Kilang Cilacap.
Selain itu, mulai pertengahan Desember 2024, PPN pun melakukan inisiasi sebagai komitmen energi berkelanjutan dengan menggagas program Green Movement UCO dengan pengelolaan
collection box minyak jelantah di tujuh titik yang tersebar di rumah sakit jaringan Pertamina Bina Medika-Indonesia Healthcare Corporation, termasuk RS Pelni serta SPBU di wilayah Jabodetabek dan Bandung yang dapat dimanfaatkan masyarakat untuk menukar minyak jelantah rumah tangga.
Melalui semua upaya tersebut, Pertamina optimistis dapat berkontribusi untuk mencapai visi
net zero emission di industri penerbangan. Ke depannya, Pertamina akan proaktif melakukan sinergi dengan stakeholder untuk terus menjaga Asta Cita swasembada energi dengan berorientasi pada energi ramah lingkungan.
Vice President Corporate Communication PT Pertamina (Persero) Fadjar Djoko Santoso menambahkan, Pertamina Group aktif dalam melakukan inovasi menciptakan produk energi berkualitas dan ramah lingkungan. Hal ini dilakukan untuk mencapai swasembada energi sesuai target Asta Cita, sekaligus mendukung target
net zero emission Pemerintah.
"Pertamina Sustainable Aviation Fuel menjadi produk unggulan dalam industri aviasi. Dengan adanya pengakuan internasional melalui sertifikasi ISCC untuk produk hijau SAF ini, Pertamina mewujudkan ketahanan dan kedaulatan energi Indonesia, sekaligus ikut berkontribusi dalam menjaga keberlanjutan di Tanah Air," jelas Fadjar.
Pertamina sebagai perusahaan pemimpin di bidang transisi energi, berkomitmen dalam mendukung target
Net Zero Emission 2060 dengan terus mendorong program-program yang berdampak langsung pada capaian Sustainable Development Goals (SDGs). Seluruh upaya tersebut sejalan dengan penerapan Environmental, Social & Governance (ESG) di seluruh lini bisnis dan operasi Pertamina.