Presiden Amerika Serikat Donald Trump. The New York Times
Fajar Nugraha • 10 July 2025 15:23
Washington: Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kembali mengejutkan dunia internasional dengan pernyataan keras terhadap Presiden Rusia Vladimir Putin, menyebut komentar pemimpin Kremlin terkait perang di Ukraina sebagai "bulls**t” atau “omong kosong”. Reaksi dari media pemerintah Rusia pun tak kalah mengejutkan, menyebut pernyataan itu sebagai ‘skandal’.
Pernyataan tersebut disampaikan Trump saat menjawab pertanyaan reporter mengenai responnya terhadap ketegaran Putin yang menolak kesepakatan gencatan senjata yang diajukan oleh Amerika Serikat. Trump mengungkapkan kekecewaannya terhadap serangkaian klaim Putin yang menurutnya tidak bermakna dan menyesatkan.
"Kami menerima banyak omong kosong dari Putin, kalau Anda mau tahu kenyataannya," kata Trump.
"Dia sangat ramah sepanjang waktu, tapi pada akhirnya semua omongannya tidak berarti,” ucap Trump.
Mengutip dari Miami Herald, Kamis, 10 Juli 2025, reaksi atas komentar ini datang cepat dari stasiun televisi pemerintah Rusia, Russia 1, dalam program unggulan 60 Minutes yang dipandu oleh Olga Skabeyeva, salah satu tokoh media pro-Kremlin paling vokal. Dalam siarannya, Skabeyeva menyebut pernyataan Trump “makin lama makin skandal”.
Namun, menariknya, istilah kasar yang diucapkan Trump -,“bulls**t”,- dalam siaran tersebut diterjemahkan lebih halus menjadi “glupost” dalam bahasa Rusia, yang berarti "kekonyolan". Skabeyeva pun mengakui secara terbuka bahwa terjemahan itu “lebih sopan”, sambil menyiratkan bahwa makna sebenarnya jauh lebih kasar.
“Kami sengaja menerjemahkannya secara lebih halus sebagai ‘kekonyolan’, tapi tentu ada interpretasi yang lebih keras dari kata itu,” ujarnya.
Pernyataan Trump menandai perubahan tajam dari pendekatan awalnya terhadap Rusia. Pada awal masa jabatannya, Trump dikritik karena dianggap melunak terhadap Putin, berbeda dengan pendahulunya yang menjatuhkan banyak sanksi. Namun, dalam beberapa hari terakhir, Trump telah empat kali secara terbuka menyampaikan ketidakpuasannya terhadap pemimpin Rusia tersebut.
Dalam sesi yang sama, Trump juga mengisyaratkan akan memberi Moskow “kejutan kecil”—pernyataan yang menambah ketidakpastian terhadap arah kebijakan Washington ke depan.
Selain itu, komentar Trump memperkuat laporan CNN tahun lalu yang menayangkan rekaman audio di mana ia mengklaim pernah mengancam akan mengebom Moskow jika Putin menyerang Ukraina.
Meskipun Kremlin belum mengeluarkan pernyataan resmi terkait kritik tersebut, media Rusia kini tampak lebih waspada terhadap potensi memburuknya hubungan dengan Washington, bahkan di bawah kepemimpinan Trump yang sebelumnya dipandang lebih menguntungkan Moskow.
Pengamat politik menilai bahwa serangan verbal Trump ini bisa menjadi awal dari pendekatan yang lebih keras terhadap Rusia, terutama terkait konflik yang terus berkecamuk di Ukraina dan kegagalan Putin menerima inisiatif perdamaian dari AS.
(Muhammad Reyhansyah)