Pelari Maraton Tertua di Dunia Tewas Ditabrak di Jalan Raya India

Fauja Singh, pelari maraton tertua di dunia yang dijuluki 'Turbaned Tornado'. Foto: ANI

Pelari Maraton Tertua di Dunia Tewas Ditabrak di Jalan Raya India

Fajar Nugraha • 16 July 2025 13:12

Beas: Fauja Singh, pelari maraton tertua di dunia yang dijuluki “Turbaned Tornado”, meninggal dunia dalam insiden tabrak lari di India pada Senin, 14 Juli 2025 dalam usia 114 tahun. Ia dikenal karena masih aktif berlari bahkan setelah berusia 100 tahun.

Menurut kepolisian India, Singh ditabrak kendaraan yang belum teridentifikasi saat berjalan kaki di jalanan dekat kampung halamannya di Beas, negara bagian Punjab, India utara. Ia sempat dibawa ke Rumah Sakit Srimann di distrik Jalandhar, namun meninggal karena luka parah di bagian kepala dan tulang rusuk.

“Kami tengah mengidentifikasi kendaraan pelaku. Tim kami sudah diterjunkan dan rekaman CCTV sedang dianalisis,” kata Kepala Polisi Distrik Jalandhar Harvinder Singh Virk, seperti dikutip dari laporan CNN, Rabu, 16 Juli 2025.

Perdana Menteri India Narendra Modi memimpin penghormatan nasional untuk Singh, menyebutnya sebagai "atlet luar biasa dengan tekad yang luar biasa".

Lahir pada 1911 di pedesaan India dan kemudian pindah ke London, Fauja Singh baru mulai berlari maraton di usia 89 tahun setelah kehilangan istri dan anaknya. Ia mengaku bahwa lari membantunya mengatasi kesedihan.

“Berlari menunjukkan kebaikan dan menghidupkan saya kembali dengan membuat saya melupakan semua trauma dan kesedihan,” ujarnya dalam wawancara saat berusia 102 tahun.

Ia menyelesaikan maraton pertamanya hanya setelah beberapa bulan latihan dan mencatat waktu terbaik lima jam 40 menit di Toronto Waterfront Marathon pada 2003. Pada 2011, ia kembali ke Toronto dan menjadi centenarian pertama yang tercatat menyelesaikan maraton dengan waktu delapan jam 11 menit enam detik.

Namun, rekor-rekornya tak pernah diakui Guinness World Records karena ia tak memiliki akta kelahiran. Meski begitu, ia sempat menerima surat dari Ratu Elizabeth II pada ulang tahunnya yang ke-100.

Perlombaan terakhirnya adalah lari 10 kilometer di Hong Kong pada 2013, setahun setelah ia dipercaya membawa obor Olimpiade London 2012.

“Saya sangat menyukai sepatu lari saya. Saya memakainya dengan senang hati. Saya tidak bisa membayangkan hidup tanpa sepatu lari saya,” katanya saat berusia 102 tahun.

(Muhammad Reyhansyah)

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Fajar Nugraha)