Deputy Head of Mission Delegasi Uni Eropa untuk Indonesia dan Brunei Darussalam, Stéphane Mechati. Foto: Metrotvnews.com
Muhammad Reyhansyah • 27 November 2025 16:17
Jakarta: Uni Eropa menegaskan komitmennya untuk memperkuat upaya memerangi Islamofobia dan berbagai bentuk intoleransi di kawasan mereka, dengan menjadikan Indonesia sebagai mitra penting dalam dialog lintas agama dan lintas budaya.
Pernyataan tersebut disampaikan Deputy Head of Mission Delegasi Uni Eropa untuk Indonesia dan Brunei Darussalam, Stéphane Mechati, saat ditemui awak media di sela-sela Dialog Lintas Agama dan Lintas Budaya (DLALB) RI–Uni Eropa di Jakarta, Kamis, 27 November 2025.
Mechati menegaskan bahwa Uni Eropa tidak menutup mata terhadap meningkatnya tantangan internal.
“Kami tidak berada dalam tahap penyangkalan. Memang ada kecenderungan Islamofobia, antisemitisme, dan bentuk-bentuk rasisme di Uni Eropa, dan kami sangat berkomitmen untuk memerangi sikap-sikap mengerikan tersebut,” ujar Mechati.
Menurutnya, komitmen itu dijalankan melalui investasi pada edukasi, dialog lintas agama, serta penguatan kebijakan yang menegakkan hak beragama dan berkeyakinan bagi seluruh kelompok di 27 negara anggota. UE juga menghadirkan perwakilan Parlemen Eropa di Jakarta untuk mendukung agenda tersebut.
“Tugas kami adalah mempromosikan nilai universal toleransi, demokrasi, dan inklusivitas yang menjadi fondasi Uni Eropa,” kata Mechati.
Ia menambahkan bahwa upaya memerangi intoleransi tidak dapat dilakukan tanpa membuka ruang dialog dengan negara-negara yang berhasil menjaga keberagaman. Indonesia, menurut Mechati, menjadi contoh penting.
“Indonesia bukan sekadar menjadikan keberagaman sebagai slogan. Kami menyaksikan langsung bahwa keberagaman itu nyata. Untuk memerangi Islamofobia dan kebencian di Eropa, kami juga perlu menjelaskan apa yang dilakukan negara seperti Indonesia,” ujar Mechati.
Mechati mengakui bahwa tantangan intoleransi global semakin kompleks akibat perkembangan teknologi digital.
“Dengan hadirnya media sosial dan teknologi baru, ujaran kebencian cenderung berkembang. Karena itu, dialog lintas agama kami padukan dengan dialog mengenai kejahatan siber dan isu-isu lain yang saling melengkapi,” tutur Mechati.
Melalui forum DLALB, Uni Eropa dan Indonesia menghadirkan ruang bagi komunitas agama, budaya, diplomat, dan pemangku kepentingan untuk saling belajar dan memperkuat pemahaman lintas masyarakat. Mechati menyebut dialog semacam ini dapat meningkatkan kesadaran masyarakat Eropa tentang Indonesia, yang menurutnya penting untuk memperluas jembatan toleransi.
“Untuk melawan intoleransi, kita perlu saling mengenal. Eropa perlu lebih memahami Indonesia, dan Indonesia juga perlu memahami kami,” pungkas Mechati.