Kamboja Tuduh Thailand Intensifkan Serangan Meski Ada Perundingan Militer

Prajurit Kamboja dihadapkan pada konflik dengan Thailand. Foto: Anadolu

Kamboja Tuduh Thailand Intensifkan Serangan Meski Ada Perundingan Militer

Muhammad Reyhansyah • 26 December 2025 16:11

Phnom Penh: Kamboja pada Jumat, 26 Desember 2025 menuduh pasukan militer Thailand meningkatkan intensitas serangan di wilayah perbatasan yang disengketakan, meskipun kedua negara baru saja menggelar putaran pertama perundingan militer yang bertujuan meredakan ketegangan. Tuduhan tersebut disampaikan melalui media pemerintah.

Dalam konferensi pers di Phnom Penh, juru bicara Kementerian Pertahanan Nasional Kamboja, Letjen Maly Socheata mengatakan, operasi militer Thailand dimulai sejak dini hari dengan tembakan artileri berat yang menyasar sejumlah lokasi sensitif. 

Sasaran itu mencakup kawasan Kuil Preah Vihear di Provinsi Preah Vihear, serta area Kuil Ta Krabey dan Ta Mone di Provinsi Oddar Meanchey, sebagaimana dilaporkan Agence Kampuchea Presse.

Ia menambahkan, pasukan Thailand juga melancarkan serangan artileri intensif disertai operasi jet tempur pada jam-jam awal, dengan puluhan proyektil ditembakkan ke Desa Chouk Chey. Menurutnya, serangan tersebut kemudian diikuti rentetan tembakan lanjutan serta serangan bom yang dipandu drone, yang menargetkan Desa Chouk Chey dan Prey Chan.

Hingga berita ini disusun, belum ada konfirmasi maupun tanggapan resmi dari pihak Thailand terkait pernyataan juru bicara Kementerian Pertahanan Kamboja tersebut.

Sehari sebelumnya, militer Thailand menyatakan menemukan empat ranjau darat di sekitar lokasi seorang tentara Thailand terluka akibat menginjak ranjau di Provinsi Surin.

“Ranjau-ranjau ini dipasang secara berurutan di sepanjang rute yang digunakan pasukan dan berada sekitar 30 sentimeter dari lokasi ledakan awal,” demikian pernyataan Angkatan Darat Kerajaan Thailand yang diunggah melalui platform X, dikutip dari Anadolu, Jumat, 26 Desember 2025.

Perkembangan terbaru ini terjadi setelah Thailand dan Kamboja menggelar perundingan militer pertama mereka pada Rabu di Provinsi Chanthaburi, Thailand, di tengah kembali meletusnya pertempuran. Sejak bentrokan kembali terjadi pada 8 Desember, sehari setelah insiden perbatasan yang melukai dua tentara Thailand jumlah korban tewas di kedua pihak dilaporkan telah mencapai 96 orang.

Letjen Maly Socheata mengatakan bahwa meskipun serangan masih dilaporkan terjadi, tim dari Komite Perbatasan Umum Kamboja–Thailand dijadwalkan melanjutkan pembahasan teknis pada Jumat. 

Ia menyatakan harapan bahwa perundingan tersebut dapat membantu menghentikan permusuhan, memulihkan stabilitas kawasan, serta membuka jalan bagi warga sipil yang mengungsi untuk kembali ke kehidupan normal.

Pertemuan pada Rabu, yang dilaporkan berlangsung kurang dari satu jam, menjadi kontak pertama antara pejabat militer kedua negara sejak bentrokan terbaru pecah.

Otoritas Thailand menyebut 23 tentara Thailand dan satu warga sipil tewas dalam pertempuran, serta menambahkan bahwa 41 warga sipil lainnya meninggal akibat “dampak ikutan” konflik. Sementara itu, Kementerian Dalam Negeri Kamboja melaporkan 31 warga sipil Kamboja tewas.

Sejak bentrokan kembali meletus, hampir satu juta orang dilaporkan mengungsi di kedua sisi perbatasan, menambah tekanan kemanusiaan di wilayah yang telah lama dilanda sengketa tersebut.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
(Fajar Nugraha)