Kucing berbintik karat atau rusty-spotted cat, salah satu kucing liar terkecil di dunia, kini berstatus hampir terancam punah. (Mongabay)
Willy Haryono • 25 October 2025 12:12
Jakarta: Di balik rimbunnya hutan gugur India dan hutan hujan berkabut di Sri Lanka, hidup seekor makhluk mungil berukuran sebesar tupai yang jarang terlihat manusia. Ia adalah rusty-spotted cat atau kucing berbintik karat (Prionailurus rubiginosus), salah satu kucing liar terkecil di dunia.
Mengutip dari Outlook Traveler, Sabtu, 25 Oktober 2025, satwa ini beradaptasi dengan baik di semak belukar, tebing bebatuan, hingga di pinggiran permukiman manusia—menjadikannya seperti bayangan yang berkelebat cepat di antara dedaunan hutan.
Kucing berbintik karat hanya berukuran 35–48 sentimeter dengan berat kurang dari 1 kilogram, sekitar separuh ukuran kucing peliharaan biasa. Bulu abu kemerahannya bertabur bintik berwarna karat, dengan garis hitam yang mengalir dari mata ke pipi dan dahi.
Meski mungil, hewan ini memancarkan pesona liar yang kuat lewat gerakannya yang lincah dan gesit.
Dalam urusan berburu, ukuran bukanlah penghalang. Kucing ini dikenal sebagai pemburu ulung yang memangsa tikus, burung, katak, serangga, hingga kadal. Ia lebih sering memburu di permukaan tanah, namun mampu memanjat pohon bila dibutuhkan.
Di wilayah India bagian barat, hewan ini bahkan menyesuaikan diri di lahan pertanian yang kaya populasi tikus, membantu mengendalikan jumlah hama dan menjaga keseimbangan ekosistem.
Meski berperan penting dalam rantai makanan, kucing berbintik karat jarang terlihat di alam liar. Peneliti lebih sering menemukannya melalui kamera jebak, yang menunjukkan bahwa satwa ini aktif di malam hari dan beristirahat di siang hari di celah batu, akar pohon, atau semak lebat. Di Taman Nasional Horton Plains, Sri Lanka, kucing ini kerap bersembunyi di antara akar pohon untuk berlindung dari predator.
Siklus reproduksinya berlangsung cepat, dengan masa kehamilan sekitar 65–70 hari. Seekor induk biasanya melahirkan satu atau dua anak berbobot sekitar 60 gram. Anak-anak kucing ini lahir dengan bintik hitam yang perlahan berubah menjadi pola berbintik karat khas saat dewasa. Di penangkaran, spesies ini dapat hidup hingga 12 tahun, meski usia alaminya di alam liar masih belum diketahui.
Sayangnya, populasi kucing berbintik karat terus menurun. Perusakan habitat akibat pembukaan lahan, penebangan hutan, dan pembangunan telah mempersempit wilayah hidupnya. Di beberapa daerah, satwa ini masih diburu untuk dijadikan makanan, dijual secara ilegal, atau dibunuh karena kesalahpahaman. Kulitnya kadang ditemukan di pasar gelap, dan permintaan terhadap hewan peliharaan eksotis memperburuk ancaman yang dihadapi.
Menurut Daftar Merah IUCN, kucing berbintik karat kini berstatus Near Threatened atau hampir terancam punah. Spesies ini dilindungi oleh Konvensi Perdagangan Internasional Spesies Fauna dan Flora Liar yang Terancam Punah (CITES), sementara pemerintah India dan Sri Lanka telah melarang perburuan serta perdagangannya.
Para konservasionis menegaskan pentingnya perlindungan habitat dan penelitian lebih lanjut agar spesies mungil ini tetap lestari di alam liar.
Kehadiran kucing berbintik karat menjadi pengingat bahwa ukuran bukanlah penentu arti penting di alam. Di balik tubuhnya yang kecil, ia memainkan peran besar menjaga keseimbangan ekosistem.
Sebagai salah satu pemburu terkecil di dunia, kucing ini menjadi simbol keajaiban evolusi sekaligus panggilan bagi manusia untuk melindungi hutan yang menjadi rumah senyapnya. (Keysa Qanita)
Baca juga: Fat Cat Island, Surga Pecinta Kucing di Tiongkok