Habis Cetak Rekor, Bursa Saham AS Rontok

Ilustrasi. Foto: Freepik

Habis Cetak Rekor, Bursa Saham AS Rontok

Ade Hapsari Lestarini • 21 February 2025 07:52

New York: Saham-saham di Amerika Serikat (AS) yang diperdagangkan di bursa Wall Street, berakhir lebih rendah pada perdagangan Kamis waktu setempat.

Investor berfokus pada panduan penjualan Walmart yang lebih lemah dari perkiraan untuk tahun mendatang sehingga mengunci keuntungan. Menyusul rekor tertinggi indeks S&P 500 dalam dua sesi sebelumnya.

Melansir Xinhua, Jumat, 21 Februari 2025, indeks Dow Jones Industrial Average turun 450,94 poin atau 1,01 persen menjadi 44.176,65. Sementara S&P 500 turun 26,63 poin atau 0,43 persen menjadi 6.117,52. Nasdaq Composite merosot 93,89 poin atau 0,47 persen menjadi 19.962,36.

Tujuh dari 11 sektor utama S&P 500 ditutup lebih rendah, dengan sektor keuangan dan konsumen diskresioner memimpin penurunan, masing-masing turun 1,55 persen dan 1,10 persen.

Di sisi positif, sektor energi dan real estat naik masing-masing 0,97 persen dan 0,69 persen.


Ilustrasi. Foto: Medcom.id

 

Baca juga: Bank Emas, Cegah Emas Indonesia 'Kabur' ke Luar Negeri

Saham Walmart anjlok 6,5%


Saham Walmart anjlok 6,5 persen setelah pengecer tersebut memperkirakan pertumbuhan penjualan sebesar tiga persen hingga empat persen pada tahun fiskal 2026 yang dimulai pada 1 Februari 2025, sementara prospek pendapatan fiskal 2026-nya tidak memenuhi ekspektasi analis.

Panduan yang lemah tersebut menutupi pendapatan kuartal keempat fiskal yang kuat, yang melampaui estimasi. "Dompet masih terbatas," kata Kepala Keuangan Walmart John David Rainey.

Namun, perkiraan tersebut menimbulkan tanda bahaya lain tepat saat ketegangan perdagangan yang meningkat. "Sehingga mengancam akan menaikkan biaya barang," kata ekonom senior di Interactive Brokers, José Torres.

"Jika Walmart memberikan arahan yang buruk, Anda harus memperhatikannya.  Mungkin ini menunjukkan konsumen umum sudah kehabisan tenaga," kata Direktur Pelaksana di R.J. O'Brien & Associates, Tom Fitzpatrick.

Sementara itu, meskipun ada kekhawatiran atas pemutusan hubungan kerja federal dan pengurangan pengeluaran di bawah pemerintahan Presiden AS Donald Trump, laporan terbaru Departemen Tenaga Kerja pada Kamis tidak menunjukkan tanda-tanda yang jelas tindakan ini memengaruhi ekonomi yang lebih luas.

Klaim pengangguran awal meningkat sebesar 5.000 menjadi 219 ribu yang disesuaikan secara musiman untuk minggu yang berakhir pada 15 Februari, sedikit di atas ekspektasi ekonom sebesar 215 ribu.

Sejauh tahun ini, klaim telah berfluktuasi antara 203 ribu dan 223 ribu. "Sebagian besar karyawan tampaknya baru menerima pemberitahuan PHK pada Kamis atau Jumat. Banyak karyawan federal yang diberhentikan kemungkinan akan mengajukan klaim dalam beberapa minggu mendatang," kata ekonom senior AS di Pantheon Macroeconomics, Oliver Allen.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Ade Hapsari Lestarini)