Trump melakukan pertemuan dengan Emir Qatar Tamim bin Hamad al-Thani. Foto: The New York Times
Fajar Nugraha • 15 May 2025 06:11
Doha: Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan bahwa ia berharap Emir Qatar Tamim bin Hamad al-Thani dapat membantu menengahi perjanjian nuklir dengan Iran saat negosiasi terus berlanjut di tengah apa yang Trump gambarkan sebagai "situasi yang berbahaya."
Berbicara kepada al-Thani selama jamuan makan malam kenegaraan di Doha, Trump mengatakan ia berharap "Anda dapat membantu saya dengan situasi Iran, karena ini adalah situasi yang berbahaya, dan kami ingin melakukan hal yang benar," memuji pemimpin Qatar atas bantuan yang telah ia berikan saat Trump berusaha menengahi pakta baru.
"Saya berharap para pemimpin Iran memahami bahwa apa yang Anda lakukan, benar-benar apa yang Anda lakukan untuk mereka adalah bantuan besar, perdana menteri Anda, pemimpin besar Anda, di sini di sebelah kiri saya telah banyak membantu, dan mereka menghormati mereka, dan mereka mendengarkan mereka. Mereka harus bergerak. Kami berdua mengerti. Mereka harus membuat keputusan itu. Itu keputusan mereka," kata Trump pada jamuan makan malam kenegaraan di Doha yang diselenggarakan oleh emir Qatar, seperti dikutip Anadolu.
"Saya hanya berharap Iran menyadari betapa baiknya mereka di sini. Dan dalam arti tertentu, saya kira saya adalah teman baik, karena banyak orang lebih suka saya mengambil jalan yang jauh lebih keras. Tetapi saya tahu bahwa jika kita dapat menghindari jalan itu, itu akan menjadi hal yang hebat. Saya ingin melakukannya," tambah Trump.
Negosiasi antara Iran dan AS, yang terutama difokuskan pada program nuklir Iran, dimulai bulan lalu dengan mediasi Oman di tengah meningkatnya ketegangan.
Putaran negosiasi keempat berakhir hari Minggu di Muscat, dan Trump terus memperingatkan bahwa waktu adalah hal terpenting karena ia mengatakan kesepakatan akan "menyelamatkan mungkin jutaan nyawa."
Perundingan yang sedang berlangsung berupaya mencapai kesepakatan yang akan menggantikan Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA), yang juga dikenal sebagai kesepakatan nuklir Iran, yang dicapai pada tahun 2015.
AS, di bawah Trump, keluar dari kesepakatan multilateral tersebut pada bulan Mei 2018, yang menyebabkan peningkatan ketegangan yang dramatis antara Iran dan AS. Trump berusaha menekan Iran untuk kembali ke negosiasi mengenai kesepakatan baru selama masa jabatan pertamanya saat ia memberlakukan apa yang disebutnya kampanye "tekanan maksimum" terhadap Teheran.
Namun, upaya tersebut gagal membawa Iran kembali ke meja perundingan, dan Iran membalas dengan mengambil langkah-langkah menjauh dari komitmen nuklirnya di bawah JCPOA setelah mengatakan bahwa para penandatangan kesepakatan Barat gagal melindungi kepentingan ekonominya di bawah perjanjian tersebut.