M Sholahadhin Azhar • 3 March 2025 22:49
Jakarta: Cita-cita Indonesia Emas pada 2045 mesti disambut seluruh pihak, khususnya pemerintah. Wakil Ketua Umum Kamar Dagang Indonesia (KADIN) Heru Dewanto meminta pemerintah mendukung pelaku inovasi.
"Di Indonesia, dan mungkin juga di beberapa negara lain, kalau seorang inovator gagal dalam sebuah upaya komersialiasi inovasi maka sudah dapat dibayangkan dampaknya buat reputasinya sebagai seorang inovator," kata Heru dalam keterangan tertulis, Senin, 3 Maret 2025.
Menurut dia, inovator memerlukan dukungan penuh dari pemerintah dalam berinovasi. Sehingga, dapat mempertahankan reputasi mereka sebagai penemu.
Jangan sampai, kata Heru, inovator malah menemui masalah. Apalagi, masalah hukum, karena temuannya. Heru menyebut tak sedikit inovasi yang dituding merugikan negara.
"Inovasi dan aplikasi teknologi baru akan menghasilkan new money yang didapatkan melalui tumbuh kembangnya mesin-mesin ekonomi baru," kata dia.
Salah satu masin ekonomi yang diandalkan, ujar Heru, adalah Industrialiasi dan hilirisasi. Dia menelaah sejarah negara maju, yang rata-rata berhasil karena peran industrinya.
Namun, kata Heru, hilirisasi membutuhkan kecermatan dan pengetahuan teknis. Heru mendorong hilirisasi komoditas unggulan Indonesia. Yakni, nikel hingga timah.
Heru melihat, bagian terpenting yakni menjadikan komoditas sebagai keunggulan kompetitif. Jawabannya, kata Heru, yakni menjadikan teknologi sebagai ujung tombak.
"Hanya dengan begitu kita bisa mencapai Indonesia Emas 2045," kata dia.
Menurut penilaian Heru, setelah 30 tahun lebih sejak Indonesia masuk kelompok middle income country pada 1993, mesin-mesin ekonomi lama belum mampu mengangkat Indonesia. Khususnya, dalam menjadi negara maju.
Heru mengkritik teknologi ekstraksi nikel menggunakan HPAL (high presure acid leaching). Teknologi itu banyak dikritisi karena limbah B3 nya yang jauh melebihi feeding nya.
Akibatnya, kata dia, dunia mulai beralih menggunakan teknologi baterai lain seperti LFP (litium ferro phosphat), hidrogen dan Sodium Ion. Indonesia, dinilai Heru mesti memperhatikan hal itu, supaya tak kehilangan kesempatan menjadi pemain utama beterai dunia berbasis nikel.
"Contoh lain ekstraksi Bauxit ternyata masih menggunakan teknologi Karl Joseph Bayer sejak tahun 1888 yang menghasilkan limbah B3 red mud, tentu kini kita perlu solusi baru yang ramah lingkungan," kata Heru.