Pemangkasan OPEC+ Bakal Jaga Harga Minyak Tetap Stabil

Ilustrasi. Foto: Freepik.

Pemangkasan OPEC+ Bakal Jaga Harga Minyak Tetap Stabil

Husen Miftahudin • 12 February 2025 08:32

Houston: Badan Informasi Energi AS (EIA) pada Selasa memproyeksikan pemotongan produksi OPEC+ akan menjaga harga minyak global tetap stabil hingga awal 2025, dengan penurunan diantisipasi di akhir tahun seiring meningkatnya pasokan.
 
Menurut laporan Prospek Energi Jangka Pendek (STEO) terbaru, dikutip dari Xinhua, Rabu, 12 Februari 2025, minyak mentah Brent diperkirakan mencapai rata-rata USD74 per barel pada 2025 sebelum turun menjadi USD66 dolar per barel pada 2026 karena meningkatnya persediaan minyak global.
 
Produksi minyak global diproyeksikan melonjak sebesar 1,9 juta barel per hari pada 2025 dan 1,6 juta barel per hari pada 2026. Hal ini terutama didorong oleh produksi yang lebih tinggi dari negara-negara non-OPEC+ dan pelonggaran pemotongan produksi.
 
Namun demikian, laporan tersebut tidak memperkirakan adanya dampak signifikan dari sanksi Januari terhadap sektor minyak dan pelayaran Rusia.
 
Mengenai tren energi AS, permintaan bahan bakar minyak sulingan diperkirakan tumbuh sebesar empat persen pada 2025, didukung oleh pertumbuhan ekonomi. Sementara konsumsi bensin tetap datar, karena peningkatan efisiensi bahan bakar mengimbangi peningkatan penggunaan kendaraan bermotor.
 

Baca juga: Lanjutkan Kenaikan, Harga Minyak Dunia Makin Mahal


(Ilustrasi pergerakan harga minyak. Foto: dok ICDX)
 

Harga gas alam capai USD3,80/MMBtu

 
Adapun harga spot gas alam Henry Hub diperkirakan mencapai rata-rata USD3,80 per juta British thermal unit (MMBtu) pada 2025, naik 21 persen dari estimasi sebelumnya, dan diproyeksikan mencapai USD4,20 per MMBtu pada 2026 karena permintaan yang lebih kuat dan penarikan inventaris, menurut laporan tersebut.
 
Output sektor listrik AS diperkirakan tumbuh sebesar dua persen pada 2025 dan satu persen pada 2026, menandai tiga tahun pertama pertumbuhan berturut-turut sejak 2005-07.
 
Porsi energi surya dalam total pembangkitan listrik diperkirakan melonjak dari lima persen pada 2024 menjadi delapan persen pada 2026, sementara porsi gas alam diperkirakan turun dari 43 persen pada 2024 menjadi 39 persen pada 2026 akibat naiknya biaya bahan bakar.
 
Asumsi ekonomi makro dalam perkiraan ini diselesaikan menjelang tindakan tarif baru-baru ini oleh pemerintahan Presiden Donald Trump, kata laporan itu, yang mencatat penyesuaian dapat dilakukan seiring dengan berkembangnya kebijakan perdagangan AS.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Husen Miftahudin)