Kambing dan domba terlihat di pasar menjelang Idul Adha di Arab Saudi. (Anadolu Agency)
Jakarta: Idul Adha tahun ini akan jatuh pada Selasa, 6 Juni 2025, bertepatan dengan 10 Dzulhijjah 1446 Hijriah. Bagi umat Islam di seluruh dunia, ini bukan sekadar hari raya penyembelihan hewan kurban.
Dalam sejarah Islam, 10 Dzulhijjah adalah hari paling agung sepanjang tahun, sebagaimana ditegaskan langsung oleh Nabi Muhammad SAW.
Melansir tulisan Sadaf Farooqi di Discovering Islam pada 16 Juni 2024, Rasulullah SAW bersabda:
“Hari terbesar di sisi Allah adalah Hari Kurban.” (HR. Abu Dawud)
Hari ini juga disebut sebagai “hari terbesar dalam ibadah haji”, sebagaimana dikatakan Ibnu Umar:
“Nabi (SAW) berdiri di antara jumrah pada Hari Kurban saat haji beliau dan berkata: ‘Ini adalah hari terbesar dalam ibadah haji.’” (HR. Ibnu Majah)
Nabi Muhammad SAW mencontohkan langsung bagaimana merayakan Idul Adha dengan penuh ketundukan dan kepedulian. Idul Adha menurut Rasulullah SAW bukan hanya soal ritual, tetapi juga soal adab, empati, dan pengokohan ikatan sosial dalam masyarakat. Cara beliau merayakan hari raya ini menjadi teladan abadi bagi umat Islam di seluruh dunia.
Berikut uraian lengkap mengenai bagaimana Rasulullah SAW merayakan Idul Adha, berdasarkan riwayat-riwayat sahih dan keteladanan yang beliau tinggalkan.
Amalan-Amalan di Hari Raya
Bagi para jemaah haji, amalan utama pada 10 Dzulhijjah mencakup melempar jumrah, menyembelih hewan kurban, mencukur rambut, thawaf ifadah, dan sa’i antara bukit Shafa dan Marwah. Setelah menyelesaikan semuanya, mereka mandi besar (ghusl) dan keluar dari keadaan ihram, dengan satu larangan yang tersisa: hubungan suami istri.
Bagi umat Islam yang tidak berhaji, hari-hari dari 10 hingga 13 Dzulhijjah tetap istimewa. Nabi Muhammad SAW bersabda:
“
Hari Arafah, Hari Kurban, dan hari-hari Tasyriq adalah hari raya kita, wahai umat Islam. Ini adalah hari-hari makan dan minum.” (HR. Abu Dawud)
Sunnah Tidak Sarapan Sebelum Kurban
Pada Idul Fitri, Nabi biasa makan sebelum berangkat salat. Namun pada Idul Adha, beliau justru tidak makan apa pun hingga selesai salat dan menyantap daging kurban miliknya sendiri.
Abdullah ibn Buraidah meriwayatkan:
“
Rasulullah SAW tidak keluar pada hari Idul Fitri sampai beliau makan, dan beliau tidak makan pada hari Idul Adha sampai beliau kembali, lalu beliau makan dari hewan kurbannya.” (HR. At-Tirmidzi)
Kurban dan Pembagian Daging
Penyembelihan hewan dilakukan setelah salat Id pada 10 Dzulhijjah dan dapat dilanjutkan hingga tanggal 13. Allah SWT memerintahkan umat-Nya dalam Al-Qur'an:
“
Makanlah sebagian darinya dan berikanlah kepada orang-orang fakir yang sangat membutuhkan.” (QS. Al-Hajj: 28 dan 36)
Nabi SAW menganjurkan pembagian daging kurban menjadi tiga bagian: untuk dimakan sendiri, disimpan, dan diberikan kepada orang miskin. Aisyah RA meriwayatkan:
“
Makanlah sebagian, simpan sebagian, dan berikan sebagian sebagai sedekah.” (HR. An-Nasa’i)
Namun, dalam satu tahun yang penuh kelaparan, Rasulullah SAW melarang penyimpanan daging lebih dari tiga hari agar seluruh masyarakat, terutama yang miskin, turut merasakan nikmatnya.
“Nabi tidak melarang menyimpan daging kurban lebih dari tiga hari kecuali pada tahun di mana orang-orang kelaparan. Beliau ingin agar yang kaya memberi makan kepada yang miskin.” (HR. Al-Bukhari)
Hidup Sederhana meski Di Hari Raya
Walau Nabi SAW menyukai daging, beliau tidak menjadikannya konsumsi rutin. Aisyah RA menuturkan:
“
Keluarga Muhammad tidak pernah kenyang makan roti putih dengan kuah daging selama tiga hari berturut-turut hingga beliau wafat.” (HR. Al-Bukhari)
Pesan ini menjadi pelajaran penting: bahkan di hari raya yang penuh sukacita, Rasulullah mengajarkan sikap sederhana, dermawan, dan penuh kasih terhadap sesama. Semangat kurban bukan hanya tentang penyembelihan hewan, tetapi juga semangat berbagi dan menjalin solidaritas umat.