Wall Street. Foto: Unsplash.
New York: Sinyal bullish baru saja muncul di pasar saham. Sinyal ini menunjukkan Indeks Komposit S&P 500 dapat melonjak 19 persen lagi menjadi 6.000 pada Agustus 2025.
Analis Bank of America Stephen Suttmeier menyoroti S&P 500 membukukan kenaikan positif dari tahun ke tahun selama 12 bulan berturut-turut. Dengan kata lain, dari Maret 2023 hingga Maret 2024, S&P 500 memperoleh laba positif dari tahun ke tahun setiap bulannya.
Sinyal bullish tersebut adalah kebalikan dari apa yang terjadi pada tahun sebelumnya, ketika S&P 500 menghasilkan kenaikan negatif selama 12 bulan berturut-turut dari tahun ke tahun, dari April 2022 hingga Maret 2023.
"April 2023 mematahkan tren bearish ini dengan return YoY yang positif. Kami melihat ini sebagai sinyal latar belakang bullish untuk ekuitas AS, dan SPX telah menguat lebih dari 20 persen sejak saat itu," kata Suttmeier, dilansir Business Insider, Rabu, 17 April 2024.
Sinyal positif yang baru saja muncul ini menjadi pengingat bagi investor meskipun pasar saham melemah di April. Indeks S&P 500 turun sekitar empat persen, tren saham dalam jangka panjang masih naik. Hal ini menunjukkan mungkin ada kemajuan lebih lanjut di masa depan.
"Jangan melupakan pasar sekuler yang sedang naik daun," kata Suttmeier.
Menurut Suttmeier, rentetan imbal hasil positif bulanan dapat diperpanjang dari pembacaan 12 bulan saat ini hingga 20 bulan, berdasarkan rata-rata historis, yang bertepatan dengan kenaikan saham sebesar 17 persen.
Sementara itu, median keuntungan positif dapat diperpanjang hingga 17 bulan dengan keuntungan sebesar 14 persen berdasarkan data historis.
Pergerakan secara teknikal
Hal ini menunjukkan S&P 500 dapat diperdagangkan ke level 6.000 pada Agustus 2025, dan mencapai level 6.150 pada November 2025.
Namun dalam jangka pendek, di tengah pelemahan saham yang sedang berlangsung, Suttmeier mengatakan investor harus mewaspadai potensi level dukungan untuk S&P 500 di level 5.000 serta kisaran antara 4.600 hingga 4.800.
Level support tersebut mewakili potensi penurunan sebanyak sembilan persen menandakan profil risiko/imbalan saham saat ini masih menarik.