We Work. Foto: Unsplash.
Arif Wicaksono • 7 November 2023 19:24
New York: WeWork, startup yang didukung oleh SoftBank Group, yang berusaha mengubah sektor perkantoran secara global, mencari perlindungan kebangkrutan di Amerika Serikat. Ini dilakukan setelah bisnisnya semakin memburuk.
Langkah ini mencerminkan pengakuan SoftBank, grup teknologi asal Jepang yang memiliki sekitar 60 persen saham WeWork dan telah menginvestasikan miliaran dolar dalam perbaikannya, perusahaan tersebut tidak dapat bertahan kecuali perusahaan tersebut menegosiasikan ulang sewa yang mahal dalam keadaan bangkrut.
WeWork mengatakan pihaknya telah menandatangani perjanjian restrukturisasi dengan pemangku kepentingan utama untuk secara drastis mengurangi utang yang didanai, dan juga bermaksud untuk mengajukan proses pengakuan di Kanada.
Perusahaan yang berada di luar AS dan Kanada, serta mitra waralaba di seluruh dunia, tidak terpengaruh oleh proses ini. Saham WeWork telah jatuh sekitar 98,5 persen sepanjang tahun ini.
Profitabilitas tetap sulit dicapai karena WeWork harus menghadapi masalah sewa yang mahal dan pembatalan klien korporat karena beberapa karyawan bekerja dari rumah. Membayar ruang sewa menghabiskan 74 persen pendapatan WeWork pada kuartal kedua 2023. Dalam pengajuan ke pengadilan kebangkrutan New Jersey, WeWork mencatatkan perkiraan aset dan kewajiban dalam kisaran USD10 miliar hingga USD50 miliar.
"WeWork dapat menggunakan ketentuan undang-undang kebangkrutan AS untuk melepaskan diri dari sewa yang memberatkan,” ujar Firma Hukum Cadwalader, Wickersham & Taft LLP, dilansir Channel News Asia, Selasa, 7 November 2023.
"Sebagai bagian dari pengajuan hari ini, WeWork meminta kemampuan untuk menolak penyewaan lokasi tertentu, yang sebagian besar tidak beroperasi, dan semua anggota yang terkena dampak telah menerima pemberitahuan sebelumnya,” kata perusahaan itu dalam sebuah pernyataan.
Di bawah pendirinya Adam Neumann, WeWork tumbuh menjadi startup AS yang paling bernilai, senilai USD47 miliar. Hal ini menarik investasi dari investor blue chip, termasuk SoftBank dan perusahaan modal ventura Benchmark, serta dukungan dari Bank-bank besar Wall Street, termasuk JPMorgan Chase.
Upaya Neumann untuk mencapai pertumbuhan yang sangat tinggi dengan mengorbankan keuntungan, dan pengungkapan tentang perilaku eksentriknya, menyebabkan pemecatannya dan gagalnya penawaran umum perdana pada 2019.
SoftBank terpaksa melipatgandakan investasinya di WeWork, dan menunjuk veteran real estat Sandeep Mathrani sebagai CEO startup tersebut. Pada 2021, SoftBank membuat kesepakatan untuk menjadikan WeWork publik melalui merger dengan perusahaan cangkang senilai USD8 miliar.