KSSK: Pertumbuhan Ekonomi Global Turun, Pemerintah Jaga Stabilitas Harga

Ilustrasi ekonomi global. Foto: RBS.

KSSK: Pertumbuhan Ekonomi Global Turun, Pemerintah Jaga Stabilitas Harga

Insi Nantika Jelita • 2 August 2024 16:28

Jakarta: Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) mengungkapkan berdasarkan laporan World Economic Outlook edisi Juli 2024, International Monetary Fund atau IMF memproyeksikan ekonomi global sebesar 3,2 persen pada tahun ini. Jumlah tersebut melemah dibandingkan pertumbuhan di 2023 yang mencapai 3,3 persen.
 
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyampaikan dengan melihat perkiraan tersebut, kebijakan fiskal negara berfokus menjaga stabilisasi harga untuk melindungi daya beli masyarakat. Hal ini penting dilakukan mengingat sisi konsumsi menjadi motor penggerak penting dalam pertumbuhan ekonomi nasional.
 
"Kalau di 2024 ini outlooknya 3,2 persen, berarti pertumbuhan ekonomi dunia masih stagnan lemah dan bahkan lebih lemah dibandingkan tahun lalu," ujar Sri Mulyani dalam Konferensi Pers Hasil Rapat Berkala KSSK III 2024 di Jakarta, Jumat, 2 Agustus 2024.
 
"Oleh karena itu, fiskal kebijakan untuk pelaksanaan APBN 2024 terutama dari sisi belanja pemerintah akan terus difokuskan untuk menjaga stabilitas harga," tambahnya.
 
Sejumlah faktor memengaruhi perlambatan pertumbuhan ekonomi global yakni, perkembangan inflasi Amerika Serikat (AS) di Juni 2024 yang menunjukkan penurunan dan tingkat pengangguran yang meningkat. Lalu, pertumbuhan ekonomi Tiongkok yang melemah dengan tidak mencapai target 5%.
 
"Permintaan domestik di Tiongkok masih lemah. Di sisi lain, inflasi di Amerika Serikat pada Juni menunjukkan penurunan sejalan dengan menurunnya tekanan harga energi," terang Menkeu.
 

Baca juga: KSSK Waspadai Tingginya Ketidakpastian Global
 

US treasury diburu

 
Dia menambahkan tingkat imbal hasil US Treasury tenor sepuluh tahun (UST10y) tinggi seiring kenaikan ekspektasi pasar The Fed akan segera melakukan pemangkasan suku bunga federal (fed fund Rate) lebih cepat, yang semula ditargetkan terjadi pada akhir tahun ini.
 
US Treasury menyebabkan terjadinya arus modal portofolio keluar dari negara-negara berkembang, pindah ke AS yang menyebabkan AS dolar menguat dan melemahnya nilai tukar mata uang berbagai negara.
 
"Karena fed fund rate belum turun meskipun ada harapan, akan ada adjustment geopolitik yang besar, US Treasury yang yieldnya 10 tahun masih bertahan tinggi," ujar Bendahara Negara RI itu.
 
Dengan situasi tersebut, KSSK yang terdiri dari Menteri Keuangan, Gubernur Bank Indonesia (BI), Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), memperkuat koordinasi dan sinkronisasi untuk memitigasi dampak negatif dari rambatan ketidakpastian global terhadap perekonomian Indonesia.
 
"Ke depannya kita melihat ada peningkatan aktivitas perekonomian domestik masih akan berlanjut hingga akhir tahun. Tentu ini perlu dijaga dan kita juga akan terus menjalankan program perlindungan sosial," ucap Srimul.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Husen Miftahudin)