Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati. Foto: Dokumen Pertamina
Media Indonesia • 30 August 2023 22:09
Jakarta: Proyek kilang gas alam cair (LNG) Abadi Blok Masela, Maluku, akan beroperasi pada 2029.
Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati mengatakan skema pengoperasian blok tersebut akan kombinasi antara offshore atau di laut lepas dan onshore atau pekerjaan di daratan hingga daerah garis pantai untuk eksplorasi minyak dan gas bumi.
Ia menjelaskan untuk pengerjaan offshore Blok Masela akan dilakukan kegiatan floating production, storage, dan offloading system (FPSO) dan membangun kilang LNG di onshore. Selain itu proyek tersebut akan menggunakan teknologi penangkap karbon dioksida untuk dilepas ke atmosfer atau carbon capture, utilization, and storage (CCUS).
"Nanti CCUS itu di onshore. Aspirasi dari pemerintah proyek ini bisa dipercepat penyelesaian ke 2029," kata Nicke dalam rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi VII DPR, dilansir Media Indonesia, Rabu, 30 Agustus 2023.
Menurutnya keputusan menggunakan skema kombinasi pada pengembangan blok tersebut lantaran pihak Pertamina ingin menyerap aspirasi yang ada saat ini.
"Dengan kombinasi offshore dan onshore ini kami meyakini menjadi cara yang paling cepat, dan efektif yang bisa kami akomodasi dari aspirasi yang ada," ucap dia.
Baca juga: INPEX-Pertamina Siap Kembangkan Blok Masela
Seperti diketahui, pada Juli lalu, Pertamina bersama Petroliam Nasional Berhad atau (Petronas) resmi mengakuisisi 35 persen hak partisipasi atau participating interest (PI) 35 persen saham Blok Masela dari tangan Shell Upstream Overseas Services Ltd.
Nicke menerangkan pihaknya bersama pemegang saham terbesar Blok Masela yakni Inpex Masela Ltd tengah memfinalisasi revisi rencana pengembangan (PoD) Blok Masela.
"Kami di konsorsium sedang finalisasi revisi PoD yang sudah memasukkan CCUS dan lainnya, beserta budget proyek. Terakhir di Inpex akan mulai beroperasi di 2032, pemerintah minta dipercepat," ujar dia.
Untuk porsi pendanaan proyek Blok Masela, Pertamina melalui PT Pertamina Hulu Energi (PHE) dan Petronas menggelontorkan USD650 juta atau setara Rp9,75 triliun. Dengan pembagian Pertamina mengucurkan USD371,8 juta atau setara Rp5,58 triliun dan sisanya ditanggung Petronas.
"Untuk komposisi melalui PT PHE punya saham 20 persen, sementara Petronas itu 15 persen," kata dia.