Kapal Selam Oceangate yang menjadi kendaraan wisata Titanic. Foto: Oceangate
Fajar Nugraha • 21 June 2023 06:08
Atlantik Utara: Tim penyelamat menjelajahi ribuan mil persegi di Atlantik Utara yang terpencil untuk hari ketiga pada Selasa 20 Juni 2023. Mereka berpacu dengan waktu untuk menemukan kapal selam yang hilang setelah menghilang saat membawa turis untuk melihat reruntuhan Titanic di perairan dalam lepas pantai pesisir Kanada.
Kapal selam Titan yang memiliki tinggi setinggi 21 kaki atau 6,4 meter ini memiliki kapasitas untuk bertahan di bawah air selama 96 jam. Sesuai dengan spesifikasinya, oksigen di dalam kapal selam itu memiliki batas hingga Kamis 22 Juni, sebelum habis dihirup oleh lima orang di dalamnya.
Seorang pilot dan empat penumpang berada di dalam kapal selam itu pada Minggu pagi ketika kapal itu kehilangan komunikasi dengan sebuah kapal di permukaan sekitar satu jam 45 menit setelah menyelam.
“Situs Titanic berada sekitar 1.450 km di timur Cape Cod dan 644 km di selatan St John's, Newfoundland. Pesawat Amerika Serikat (AS) dan Kanada telah mencari lebih dari 7.600 mil persegi, lebih besar dari negara bagian Connecticut,” ujar Kapten Jamie Frederick, seperti dikutip CNN, Rabu 21 Juni 2023.
Militer Kanada telah menjatuhkan pelampung sonar untuk mendengarkan suara apa pun yang mungkin berasal dari Titan, tanpa hasil sejauh ini.
“Sebuah kapal komersial dengan kendaraan tak berawak yang mampu menyelam dalam juga melakukan pencarian di dekat lokasi,” kata Frederick.
"Ada upaya pers lapangan penuh untuk mendapatkan peralatan di tempat kejadian secepat mungkin," ucapnya.
Mereka yang berada di dalam kapal selam harus mengeluarkan uang sebesar USD250.000 atau sekitar Rp3,7 miliar per orang untuk wisata ekspedisi itu. Termasuk di dalam kapal selam tersebut antaranya miliuner Inggris Hamish Harding, 58, dan pengusaha kelahiran Pakistan Shahzada Dawood, 48, bersama putranya yang berusia 19 tahun, Suleman, yang keduanya berkewarganegaraan Inggris.
Penjelajah Prancis berusia 77 tahun Paul-Henri Nargeolet dan Stockton Rush, pendiri dan CEO perusahaan operasi OceanGate Expeditions yang berbasis di AS, juga dilaporkan berada di kapal. Pihak berwenang sudah mengonfirmasi identitas penumpang dari kapal selam.
Para ahli mengatakan, tim penyelamat menghadapi hambatan yang signifikan baik dalam menemukan Titan maupun dalam menyelamatkan orang-orang di dalamnya.
Jika kapal selam mengalami keadaan darurat di tengah penyelaman, pilot kemungkinan akan melepaskan pemberat untuk mengapung kembali ke permukaan, menurut Alistair Greig, seorang profesor teknik kelautan di University College London. Tetapi Greig menambahkan, tanpa komunikasi, menemukan kapal selam seukuran van di Atlantik yang luas terbukti menantang.
Kapal selam yang disegel dengan baut dari luar, berarti membuat yang didalamnya tidak dapat melarikan diri tanpa bantuan meskipun permukaannya.
Jika Titan berada di dasar laut, upaya penyelamatan akan lebih menantang karena kondisi ekstrim lebih dari dua mil di bawah permukaan. Titanic terletak 3.810m di bawah air, di mana cahaya tidak menembus. Hanya peralatan khusus yang dapat mencapai kedalaman tersebut tanpa dihancurkan oleh tekanan air yang sangat besar.
"Rasanya seperti menjadi astronot yang pergi ke luar angkasa," kata Tim Matlin, pakar Titanic.
“Saya pikir jika berada di dasar laut, hanya ada sedikit kapal selam yang mampu menyelam sedalam itu. Jadi, oleh karena itu, saya pikir hampir tidak mungkin melakukan penyelamatan kapal selam,” Matlin menambahkan.
Sedangkan penasihat keamanan nasional Gedung Putih John Kirby menambahkan bahwa Presiden AS Joe Biden "mengawasi acara dengan cermat insiden ini,”.
“Angkatan Laut AS siap membantu jika diperlukan,” ujar Kirby.
OceanGate mengatakan sedang "memobilisasi semua opsi," dan kepala penjaga pantai AS, Laksamana Muda John Mauger mengatakan kepada NBC News bahwa perusahaan membantu memandu upaya pencarian.
"Mereka tahu situs itu lebih baik daripada orang lain. Kami bekerja sangat erat dengan mereka untuk memprioritaskan upaya pencarian bawah air kami dan mendapatkan peralatan di sana,” pungkas Mauger.