Penerima Nobel Perdamaian Narges Mohammadi Dipukuli dan Ditangkap Aparat Iran

Penerima Hadiah Nobel Perdamaian, Narges Mohammadi. (iranhr.net)

Penerima Nobel Perdamaian Narges Mohammadi Dipukuli dan Ditangkap Aparat Iran

Willy Haryono • 13 December 2025 07:34

Oslo: Penerima Hadiah Nobel Perdamaian, Narges Mohammadi, kembali ditangkap dan dipukuli oleh aparat keamanan Iran pada Jumat, 12 Desember 2025, ketika ia berpidato di hadapan kerumunan warga di kota Mashhad, menurut pernyataan keluarganya.

“Jika mereka berniat menyakitinya, saya tidak melihat ada hasil positif yang bisa terjadi,” ujar Hamid Reza Mohammadi, saudara Narges, kepada kantor berita TIME dari Oslo.

“Kekhawatiran terbesar saya adalah kesehatannya," sambung dia, dalam keterangan yang dimuat TIME.

Mohammadi, 53 tahun, berada dalam masa cuti medis dari penjara Iran selama satu tahun terakhir. Ia kembali melanjutkan aktivitas advokasinya, yang membuat Komite Nobel menganugerahkan Hadiah Nobel Perdamaian 2023 kepadanya, dengan menyerukan hak-hak perempuan, pembebasan tahanan politik, serta transisi damai menuju demokrasi elektoral di Iran.

Namun, Jumat menjadi pertama kalinya sejak cuti medis ia berbicara langsung di depan publik.

Mohammadi melakukan perjalanan dari rumahnya di Teheran ke Mashhad untuk menghadiri upacara mengenang pengacara HAM Khosrow Alikordi, yang ditemukan tewas awal bulan ini. Dalam video yang beredar di media sosial, Mohammadi tampak berdiri di atas mobil seusai acara, berbicara kepada para pelayat di luar masjid.

“Ada begitu banyak aparat intelijen dan pasukan keamanan mengelilingi masjid,” kata Hamid Reza, mengutip kesaksian seorang saksi mata. “Lalu mereka menyerang massa, memukul banyak orang, terutama di bagian kepala.”

Menurut Hamid Reza, Narges diseret dan dipaksa masuk ke sebuah mobil oleh aparat keamanan yang menarik rambutnya. Ia diketahui menolak mengenakan jilbab, yang diwajibkan oleh Republik Islam Iran. Yayasan Narges yang berbasis di Paris menyatakan bahwa sejumlah aktivis lain juga ditangkap, termasuk Sepideh Qolian, Pouran Nazemi, Hasti Amiri, dan Aliyeh Motalebzadeh. Laporan tambahan menyebutkan penahanan Asadollah Fakhimi, Akbar Amini, Hasan Bagherinia, dan Abolfazl Abri.

Sebelum dikepung aparat, Mohammadi memimpin massa meneriakkan nama Majidreza Rahnavard, pemuda 23 tahun yang dieksekusi di Mashhad tiga tahun lalu setelah dituduh terlibat dalam protes nasional menyusul kematian Mahsa (Jina) Amini dalam tahanan polisi moral. Amnesty International menyebut persidangan Rahnavard sebagai “pengadilan palsu."

“Beberapa orang meneriakkan slogan menentang rezim, mengatakan bahwa ini akan menjadi tahun terakhir rezim,” ucap Hamid Reza.

“Narges juga menginginkan perubahan rezim secara damai. Ia tidak memprovokasi. Masyarakat berhak menyampaikan kekecewaan mereka.”

Mohammadi memiliki riwayat serangan jantung dan menjalani operasi pengangkatan lesi tulang sebelum diberi cuti medis pada Desember 2024. Ia masih memiliki sisa hukuman 10 tahun atas dakwaan termasuk “menyebarkan propaganda melawan negara."

Iran juga memiliki catatan panjang terkait penghilangan atau kematian aktivis terkemuka dengan cara-cara lain. Pada Juli lalu, Komite Nobel menyampaikan keprihatinan atas “ancaman berkelanjutan” terhadap Mohammadi, mengutip pernyataannya bahwa ia “secara langsung dan tidak langsung diancam dengan ‘eliminasi fisik’ oleh agen rezim."

Baca juga:  Hadir ke Perayaan Nobel, Maria Machado Akui Dibantu Amerika Serikat

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
(Willy Haryono)