Tim pencari Myanmar bekerja keras temukan korban gempa. Foto: Xinhua
Fajar Nugraha • 2 April 2025 21:21
Naypyidaw: Harapan untuk menemukan lebih banyak korban selamat semakin memudar. Sementara tim penyelamat terhambat oleh perang saudara yang sedang berlangsung di Myanmar dan kerusakan parah pada jalan dan jembatan.
Seorang pria berusia 26 tahun telah ditarik dari reruntuhan bangunan di ibu kota Myanmar, Naypyidaw, lima hari setelah negara itu dilanda gempa dahsyat berkekuatan 7,7 magnitudo.
“Tim penyelamat lokal dan Turki menemukan pria itu, Naing Lin Tun, dan memastikan bahwa ia masih hidup menggunakan kamera endoskopi,” sebut pernyataan tim penyelamat, seperti dikutip Euronews, Rabu 2 April 2025.
Mereka kemudian membuat lubang di reruntuhan hotel tempat ia bekerja dan membawanya ke tempat yang aman pada Rabu pagi, hampir 108 jam setelah ia terkubur,”
Operasi penyelamatan memakan waktu lebih dari sembilan jam, menurut MRTV yang dikelola pemerintah.
Lima hari setelah gempa bumi yang mematikan itu, harapan untuk menemukan korban selamat lainnya mulai memudar, dengan tim penyelamat terhambat oleh perang saudara yang sedang berlangsung di negara itu, serta oleh kerusakan parah yang disebabkan gempa bumi pada jalan dan jembatan.
MRTV melaporkan pada hari Rabu bahwa jumlah korban tewas di Myanmar telah meningkat menjadi 2.886, dengan 4.639 orang lainnya terluka.
Di negara tetangga Thailand, yang juga terkena dampak, pihak berwenang mengatakan bahwa sedikitnya 22 orang telah tewas.
Jumlah korban tewas di Myanmar diperkirakan akan meningkat di atas 3.000 pada hari Rabu, kata Min Aung Hlaing, kepala junta yang merebut kekuasaan dalam kudeta militer pada tahun 2021.
Kelompok-kelompok kemanusiaan telah menyerukan gencatan senjata antara militer dan berbagai kelompok etnis bersenjata untuk memfasilitasi pengiriman bantuan.
Meskipun beberapa kelompok pemberontak telah mengumumkan gencatan senjata sepihak, laporan menunjukkan bahwa junta masih melancarkan serangan di daerah-daerah yang rusak akibat gempa bumi.
Tom Andrews, pelapor khusus PBB untuk hak asasi manusia di Myanmar, mengatakan serangan militer harus dihentikan.
"Fokus di Myanmar harus pada penyelamatan nyawa, bukan perampasan nyawa," kata Andrews. Gempa bumi hari Jumat telah memperburuk krisis kemanusiaan yang sudah mengerikan di Myanmar.
Bahkan sebelum bencana, hampir 20 juta orang membutuhkan bantuan kemanusiaan, menurut PBB.