TNBTS dan Tokoh Masyarakat Tengger Sepakati Penataan Jalur Lingkar Bromo

Focus Group Discussion (FGD) yang digelar di Hotel Lava Hill, Probolinggo, Selasa 9 September 2025/Dok. TNBTS

TNBTS dan Tokoh Masyarakat Tengger Sepakati Penataan Jalur Lingkar Bromo

Daviq Umar Al Faruq • 11 September 2025 08:51

Probolinggo: Tokoh budaya Tengger bersama Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) menyepakati rencana penataan Jalur Lingkar Kaldera Tengger (JLKT). Rencana itu disepakati dalam Focus Group Discussion (FGD) yang digelar di Hotel Lava Hill, Probolinggo, Selasa, 9 September 2025.

Kesepakatan ini menekankan pentingnya menjaga keutuhan ekosistem TNBTS, sekaligus mengintegrasikan rencana penataan dengan kearifan lokal serta fungsi situs sakral masyarakat Tengger.

"Seluruh peserta FGD Tokoh Budaya Tengger menyepakati bahwa perlu menjaga keutuhan ekosistem yang diwujudkan dalam rencana penataan JLKT yang terintegrasi dengan penataan zonasi TNBTS, terjalin sinergi dengan kearifan lokal serta fungsi situs sakral masyarakat Tengger dan lokasi/titik-titik keberadaannya," kata Kepala Balai Besar TNBTS, Rudijanta Tjahja Nugraha, Kamis, 11 September 2025.

Rudi, sapaan akrabnya, menerangkan peserta FGD sepakat agar dilakukan penataan terhadap JLKT lantaran adanya beberapa faktor. Pertama, adanya potensi mass tourism pada beberapa lokasi (laut pasir dan savana).
 

Baca: Pantai Selatan Malang Diserbu Ribuan Wisatawan saat Long Weekend

Potensi itu dikhawatirkan dapat menyebabkan degradasi potensi sumber daya alam, ekosistem dan objek-daya tarik wisata alam; dan rusaknya habitat flora endemik Jawa di kaldera Tengger, seperti Anggrek Tosari (Habenaria tosariensis) dan Suket Melelo (Styphelia javanica).

"Juga dapat menyebabkan rusaknya habitat fauna endemik Ular Bhumi Tengger (Tetralepis fruhstorfen)," beber Rudi.

Faktor kedua ialah potensi rusaknya lokasi/titik-titik yang disakralkan masyarakat Tengger. Ketiga keamanan dan kenyamanan pengunjung yang perlu ditingkatkan. Keempat terdapat warung/PKL yang kurang estetis sehingga diperlukan penataan lokasi usaha masyarakat desa penyangga sekitar kawasan.

Rudi menegaskan penataan JLKT bukan membangun konstruksi fisik/membangun jalan. Tetapi merupakan penataan jalur khusus sebagai upaya untuk meningkatkan upaya konservasi terhadap nilai-nilai penting yang terdapat pada TNBTS.

"Juga tidak mengganggu nilai spiritual dan keberlangsungan budaya masyarakat Tengger dapat berjalan selaras antara pelestarian alam dan pengembangan pariwisata berkelanjutan (ekowisata) untuk empat kabupaten lingkup TNBTS," ujar Rudi.

Berikut konsep rencana penataan JLKT dengan pertimbangan berbagai pihak peserta FGD antara lain:
  • Terdapat jalur untuk kendaraan wisata yang dapat melindungi ekosistem savana dan laut pasir serta titik-titik sakral masyarakat Tengger
  • Jalur kendaraan wisata tertata rapi dengan memperhatikan kaidah dan norma pengembangan sarana prasarana di kawasan konservasi
  • Tertatanya warung PKL melalui relokasi ke rest area di jalur kaldera
  • Sarana prasarana air bersih dan sumur resapan (diskusi lebih lanjut terkait jalur pipa air karena rencananya tidak mengikuti jalur JLKT)
  • Saat hari Raya Yadnya Kasada semua pelaku menuju kawah dengan berjalan kaki, dari Pura Luhur Poten ke puncak Kawah Bromo
  • Pengambilan air Widodaren juga untuk ritual masyarakat Tengger jangan sampai berkurang, demikian juga dengan sumber air dari Jantur yang digunakan warga Argosari
  • Fokus masalah sampah, air limbah dan kebersihan
  • Antisipasi kemungkinan hilangnya patok (amblas)
  • Pengaturan usaha piknik, agar disediakan tempat tertentu dan dibatasi (kuota)
  • Penataan jalur untuk masyarakat Tengger melakukan ritual dan juga sepeda motor
  • Pengaturan untuk pedagang kaki lima
  • Akan ada spot untuk berjalan kaki dan foto serta tempat parkir untuk jip (spot foto), ada bahu jalan, pagar, pintu dan lokasi darurat. 

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Whisnu M)