Universitas Indonesia, dok: UI
Whisnu Mardiansyah • 6 November 2025 14:18
Jakarta: Penerapan prinsip 'corporate culture' dalam kehidupan kampus dan akademik dinilai tidak tepat. Pengamat menilai konsep ini berpotensi menggeser jati diri kampus sebagai ruang pengembangan ilmu pengetahuan.
Pengamat Kebijakan Publik Agus Pambagio mengatakan perguruan tinggi bukanlah perusahaan yang berorientasi pada laba. Lembaga pendidikan seharusnya berfokus pada pengembangan riset dan inovasi dengan landasan integritas akademik.
"Oh ya nggak bisa lah, itu kan lembaga pendidikan. Masa dijadikan perusahaan, nanti kaya kasus dulu yang program-program S2 magister, itu kan menjadi sangat komersial dan dihentikan kalau nggak salah," kata Agus Pambagio kepada wartawan, Kamis, 6 November 2025.
Agus mengingatkan praktik komersialisasi pendidikan pernah terjadi dan akhirnya dihentikan. Ia menegaskan lembaga pendidikan tidak boleh dikelola seperti korporasi karena memiliki tata kelola berbeda.
Sebagai kampus riset tertua di Indonesia, UI semestinya menempatkan kepemimpinan dekan sebagai penggerak riset. Tugas utama dekan adalah meningkatkan kualitas pendidikan, bukan mengejar pendapatan finansial.
"Ya buat pendidikan engga pas, sehingga nanti orientasi dekan atau pengelola itu cari uang. Padahal tugas dia meningkatkan kualitas pendidikan," jelasnya.
Penerapan gaya korporasi berisiko mengalihkan fokus dari peningkatan kualitas akademik. Praktik ini justru dapat memperkuat budaya transaksional yang sedang menjadi sorotan publik.
"Kita kan ini selalu mengikuti kata bos kan atau kata pimpinan, nah kalau misalnya pimpinan kita milihnya dengan transaksional, pasti dibawahnya juga pakai transaksi," ungkapnya.
Agus menekankan pentingnya netralitas kampus dan pendanaan dari negara. "Jadi UI harus netral dan dibiayai negara, jangan cari duit seperti korporasi. Jadi akibatnya kan kadang-kadang misalnya, ketua yang biayai dari swasta, kan ujung-ujungnya supaya dia bantu," tegasnya.
Pemerintah didorong meningkatkan dana pendidikan untuk perguruan tinggi. Langkah ini diperlukan untuk mencegah praktik komersialisasi di lingkungan universitas.
"Dan yang penting kan memang negara harus nambah dana itu, karena jumlah orang miskin yang ke terima perguruan tinggi katakan UI bertambah. Nah sementara yang tahap tes mandiri yang bayarnya mahal itu jumlahnya terbatas," pungkasnya.
Sebelumnya, Rektor UI Heri Hermansyah menyatakan UI sebagai universitas research and entrepreneur. Dekan diharapkan memiliki kemampuan managerial dan spirit entrepreneur untuk meningkatkan pendapatan fakultas.
Heri menggabungkan konsep corporate culture dengan academic culture. Menurutnya, dekan harus mampu mengelola fakultas seperti perusahaan sambil menjaga kualitas akademik.