Harga Minyak Naik Tipis usai Keputusan OPEC+

Ilustrasi. Foto: Freepik.

Harga Minyak Naik Tipis usai Keputusan OPEC+

Eko Nordiansyah • 4 November 2025 08:30

Houston: Harga minyak bertahan stabil pada Senin, 3 November 2025, karena pasar menyeimbangkan peningkatan pasokan OPEC+ terbaru dengan rencana kelompok tersebut untuk menghentikan sementara peningkatan produksi pada kuartal I-2026, di samping kekhawatiran akan kelebihan pasokan minyak dan data pabrik yang lemah di Asia.

Melansir Investing.com, Selasa, 4 November 2025, minyak mentah Brent berjangka naik 12 sen atau 0,2 persen menjadi USD64,89 per barel. Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS naik tujuh sen atau 0,1 persen menjadi USD61,05.

OPEC+, Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan produsen sekutunya, pada hari Minggu sepakat untuk meningkatkan produksi sebesar 137 ribu barel per hari (bph) pada bulan Desember. OPEC+ juga sepakat untuk menghentikan sementara kenaikan produksi pada kuartal pertama tahun depan.

"Implikasi harga negatif apapun dari kelanjutan peningkatan produksi OPEC sebesar 137 ribu barel per hari pada kuartal ini diimbangi oleh usulan kartel untuk menghentikan sementara kenaikan produksi setelah akhir tahun ini," ujar analis di firma penasihat energi Ritterbusch and Associates dalam sebuah catatan.
 



(Ilustrasi. Foto: Unplash)

Harga minyak diprediksi naik

Pada Senin, Morgan Stanley menaikkan proyeksi harga minyak mentah Brent untuk paruh pertama 2026 menjadi USD60 per barel dari USD57,50, mengutip keputusan OPEC+ untuk menghentikan sementara kenaikan kuota pada kuartal pertama tahun depan dan sanksi AS dan Uni Eropa baru-baru ini terhadap aset minyak Rusia.

Bulan lalu, Badan Energi Internasional (IEA) menyatakan bahwa pasar minyak global menghadapi surplus tahun depan sebanyak 4 juta barel per hari. OPEC memperkirakan pasokan dan permintaan minyak global akan seimbang tahun depan.

Para CEO perusahaan minyak Eropa dalam sebuah konferensi di Abu Dhabi memperingatkan agar tidak terlalu pesimis terhadap minyak.

Analis di RBC mengatakan, Rusia tetap menjadi penentu pasokan setelah sanksi AS terhadap produsen Rusia Rosneft dan Lukoil serta serangan terhadap infrastruktur energi.

Tantangan bagi pusat-pusat manufaktur besar di Asia masih berlanjut pada bulan Oktober, survei bisnis menunjukkan pada hari Senin. Asia adalah kawasan konsumen minyak terbesar di dunia.

Pertumbuhan permintaan minyak Tiongkok telah melambat sejak tahun 2020 seiring negara tersebut bertransisi ke energi yang lebih ramah lingkungan, kata CEO perusahaan minyak besar TotalEnergies, Patrick Pouyanne, pada hari Senin. Ia mengatakan tetap optimistis dalam jangka panjang karena meningkatnya permintaan di India.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Eko Nordiansyah)