Petugas berada di lokasi jatuhnya pesawat Air India di Ahmedabad, 12 Juni 2025. (Anadolu Agency)
Willy Haryono • 14 June 2025 10:21
New Delhi: Maskapai penerbangan Air India kembali menjadi sorotan dunia setelah kecelakaan tragis yang menewaskan lebih dari 200 penumpang dalam penerbangan AI-171 pada Kamis 12 Juni 2025. Insiden ini tidak hanya menorehkan luka mendalam dalam sejarah penerbangan India, tetapi juga mengancam ambisi besar Tata Group untuk mengubah Air India menjadi maskapai kelas dunia.
Sejak mengambil alih Air India dari tangan pemerintah pada 2022, Tata Group melalui CEO Campbell Wilson telah menggulirkan program reformasi ambisius untuk membenahi armada tua dan reputasi layanan yang merosot. Namun, tragedi ini menjadi batu sandungan serius dalam proses transformasi tersebut.
"Bagi maskapai, aspek terpenting adalah keselamatan sebagai identitas merek. Ini akan menjadi pukulan besar bagi citra Air India," ujar Dilip Cherian, pakar komunikasi dan pendiri firma PR Perfect Relations, seperti dikutip Channel news Asia, Jumat, 13 Juni 2025.
Air India telah lama dibayang-bayangi oleh masalah teknis dan reputasi buruk. Sebelumnya, pada 2010, pesawat Boeing 737 Air India Express jatuh ke jurang usai tergelincir di bandara domestik, menewaskan 158 orang. Sementara pada 2020, insiden serupa menyebabkan 21 kematian.
Vibhuti Deora, mantan penasihat hukum Biro Investigasi Kecelakaan Pesawat India, menekankan pentingnya perawatan pesawat sebagai kunci keselamatan, terlebih dalam konteks sejarah panjang masalah teknis maskapai tersebut.
Pesawat yang mengalami kecelakaan kali ini telah beroperasi selama 11 tahun, menurut data Flightradar24.
Berdasarkan data Kementerian Penerbangan Sipil India pada Maret, dari total 198 pesawat Air India, sebanyak 43 unit berusia lebih dari 15 tahun, dan 27 pesawat berada pada rentang usia 10–15 tahun. Air India Express mengoperasikan 101 pesawat, dengan 37 persen di antaranya berusia di atas 15 tahun.
Meski telah memesan 570 pesawat baru dan tengah menjajaki tambahan unit, armada tua terus menjadi sumber keluhan penumpang. Mulai dari kursi kotor, sandaran rusak, hingga hiburan kabin yang tak berfungsi, keluhan itu sering menghiasi media sosial.
Pada 2024, Air India bahkan dinobatkan sebagai maskapai dengan keterlambatan terburuk di Inggris, dengan rata-rata keterlambatan hampir 46 menit per penerbangan, menurut analisis otoritas penerbangan sipil setempat.
Di sisi keuangan, Air India mencatat kerugian bersih sebesar USD520 juta pada tahun fiskal 2023–2024, dari total pendapatan USD4,6 miliar. Maskapai ini telah merugi sejak minimal tahun fiskal 2019–2020.
Insiden pada Kamis menjadi salah satu bencana penerbangan terparah di India. Air India merespons kejadian itu dengan mengganti tampilan laman resminya menjadi hitam dan abu-abu, serta menyematkan nomor penerbangan "AI-171" sebagai bentuk duka.
“Ini hari yang sangat sulit bagi kami semua di Air India,” kata Campbell Wilson dalam pesan videonya.
“Proses investigasi akan memakan waktu,” sambungnya.
Tragedi ini terjadi hanya beberapa hari setelah Perdana Menteri Narendra Modi menyampaikan pidato penuh optimisme di hadapan ratusan eksekutif industri penerbangan dunia, menyebut India berada di ambang era kebangkitan sektor aviasi.
Namun kini, Air India kembali harus menghadapi kenyataan pahit: reformasi yang masih jauh dari selesai, kepercayaan publik yang terkikis, dan duka mendalam yang akan dikenang lama. (Muhammad Reyhansyah)
Baca juga: Daftar Kecelakaan Pesawat Terburuk dalam 20 Tahun Terakhir, Air India Terbaru