Petugas dari RW 07 Sarijadi Kota Bandung tengah mengangkut dan memilah sampah.
Roni Kurniawan • 28 January 2025 10:45
Bandung: RW 07 Kelurahan Sarijadi, Kecamatan Sukasari, Kota Bandung punya cara dalam menangani sampah yang dihasilkan dari setiap rumah. Bahkan RW 07 hingga kini tidak membuang sampah ke tempat pembuangan sementara (TPS) dan memilih mengelola secara mandiri, hingga mampu menghasilkan nilai ekonomi.
Menurut Ketua RW 07, Dedy Dharmawan, awalnya cukup sulit untuk melakukan edukasi terhadap warga terkait pemilahan sampah dari rumah. Namun ia bersama pengurus, terus memberikan sosialisasi dengan landasan adanya aturan dari pemerintah pusat baik Peraturan Presiden, Peraturan Gubernur, Peraturan Daerah hingga Peraturan Wali Kota mengenai pemilahan sampah dari rumah.
"Adalah ketika kita Kota Bandung dapat musibah darurat sampah, ada surat edaran walikota dimana kita harus mengolah (sampah) organik di sumber. Itu kami semua melakukan sesuai dengan perintah, didahului dengan pemilahan sampah di sumber. Kami edukasi door to door, dari pintu ke pintu, dari rumah ke rumah, satu RT dikumpulkan, kemudian rumah-rumah diedukasi oleh tim kita," ujar Dedy saat ditemui di pengolahan sampah Komplek Sarijadi, Gang Sari Manis VII, Kota Bandung, Selasa, 28 Januari 2025.
Upaya itu tersebut pun membuahkan hasil, warga mulai memilah jenis sampah organik dan anorganik sebelum diangkut oleh petugas setiap harinya. Bahkan pengurus RW pun membuat jadwal pengangkutan jenis sampah agar tidak tercampur.
"Kalau tidak dipilah oleh warga, kita tidak akan angkut sampahnya sampai benar-benar dipilah. Karena ada juga jadwal pengangkutan jenis sampah, yaitu Senin, Rabu, Jumat sampah organik, lalu Selasa, Kamis, Sabtu, sampah anorganik," kata Dedy.
Penjadwalan jenis sampah tersebut pun diakui Dedy untuk memudahkan para petugas pengangkut yang langsung diolah ditempat pengelolaan. "Dengan memilah sampah di sumber yaitu di rumah masing-masing, kemudian secara teratur tim pengangkut sampah mengambil sampahnya dari rumah terpilah. Karena sudah terpilah di rumah, maka terpilah selanjutnya diolah," beber Dedy.
Ia menjelas, sampah organik yang diangkut dari 375 rumah langsung diolah untuk menjadi pupuk dengan menggunakan metode kompos terbuka atau open windrow. Diakui Dedy dengan metode kompos terbuka, sampah organik ditumpuk di udara terbuka dan dibiarkan terurai secara alami dengan bantuan mikroorganisme.
"Sampah yang organik kita jadikan kompos dengan metode open windrow, tanpa alat tanpa mesin. Metode ini sudah Teruji laboratorium, jadi kompos kami menyebutnya kompos unggul. Dan ini juga tidak menghasil bau, sehingga warga tidak ada yang komplain," ungkapnya.
Baca: |